Langsung ke konten utama

Belajar dari Alam (Sebuah Renungan, Cerita Alam)

..."Belajar dari Alam"...


Saudaraku semua,
           Betapa sering alam mengajari kita tentang berbagai hal. Ia mengajari kita melalui rintik hujan yang turun perlahan, melalui pelangi yang bersembunyi di balik awan, dan bunga yang sedang bermekaran di sudut taman. Berbagai cara telah dilakukannya.

           Saudaraku, pernahkah engkau melihat sekuntum mawar yang sedang bermekaran di sela-sela ilalang. Indah bukan, dengan harum yang semerbak. Tentunya engkau ‘kan berusaha untuk mendekatinya atau lebih tepatnya engkau ingin memilikinya, tanpa peduli duri-duri tajam yang sewaktu-waktu dapat melukai jemarimu. Kadang aku ingin mencabuti duri-duri yang menancap di setiap lekuk tangkainya, agar jemarimu tidak terluka olehnya. Namun akhirnya aku menyadari jika mawar memang berduri. Bukankah duri itu bagian dari mawar. Akan aneh rasanya jika mawar tidak berduri. Dan sepertinya semua telah memakluminya.

          “ Mawar indah nan berduri”

          Suatu ketika aku berjalan menyusuri taman bunga. Saudaraku, aku melihat engkau tengah terkagum dengan seekor kupu-kupu yang berterbangan di antara bunga-bunga. Aku yakin, engkau pasti mengagumi keindahan warna yang terdapat pada sayapnya. Aku pun berpikir lagi, apa kupu-kupu itu tahu jika ia memiliki sayap dengan warna-warni yang indah, hinga semua orang mengaguminya. Namun, sepertinya tidak. Ku lihat ia terlalu bahagia terbebas dari kegelapan tatkala ia masih berwujud kepompong. Lagi-lagi aku bepikir. Bagaimana mungkin engkau mengagumi sesuatu yang dahulunya begitu engkau hinakan. Engakau seringkali merasa jijik. Bukankah kupu-kupu itu dahulunya hanya seekor ulat?

          “Metamorfosis kupu-kupu”

          Lalu, aku pun kembali berjalan. Lagi-lagi aku melihatmu, saudaraku. Terpaku memandangi pelangi. Engkau berkata padaku jika pelangi itu sangat indah. Engkau sangat menyukai pelangi. Aku pun tersenyum Tersenyum karena ku tahu engkau paling tidak suka jika hujuan turun. Engkau seringkali mengeluh padaku di kala hujan membasahi bumi. Lagi-lagi aku berpikir, bukankah pelangi itu hanya ada setelah hujan turun?

          "Pelangi dan Hujan"

          Ada lagi cerita tentang laron, serangga kecil yang sangat menyukai cahaya. Saat malam menjelma, mereka 'kan mengerumuni sumber cahaya. Cahaya indah nan benderang.
Saudaraku, taukah engkau jika ia telah tertipu dengan cahaya itu. Aku telah memperingatkanmu saudaraku
Namun lihatlah, mereka begitu serakah. Tak cukupkah kehangatan yang diberikan sang cahaya. Sinar indah yang menentramkan? Mereka benar-benar serakah. Lihatlah bagaimana mereka saling berebut untuk memilikinya. Hingga akhirnya satu per satu dari mereka pun terbakar oleh panasnya. Mereka terlalu angkuh, merasa sanggup mengenggam cahaya. Sudah ku bilang, rasakan saja.

          "Panas yang Bercahaya"

          Saudaraku, alam terlalu sering bercerita padaku. Ini hanyalah sebagian kisah yang sering di utarakannya padaku. Apa engkau ingin bercengkrama dengannya? Tak sulit bagimu. Cukup rasakan saja. Ya, rasakan dengan hati....!!!! ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Cerita Kelas Empat

Cerita-cerita dari teman sesama pengajar benar-benar membuka mata saya akan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan selama mengajar. Banyak kekurangan di sana sini. Masih belum maksimal di beberapa aspek. Bahkan minim di satu, dua poin pengembangan. Kekurangan tak membuat saya kecewa. Justru saya kembali dengan banyak bahan evaluasi dan perbaikan ke depan. Dalam beberapa sesi diskusi, agaknya saya mesti bersyukur diberi kepercayaan mengajarkan kelas rendah. Buat saya, kelas empat adalah sebuah transisi. Proses perubahan pemikiran anak-anak dari yang sebelumnya belajar materi-materi sederhana ke materi-materi yang jauh lebih serius dan rumit. Jam belajarnya pun bertambah. Banyak teman mengeluhkan anak murid mereka yang belum lancar membaca dan mengingat hurf-huruf bahasa Inggris. Jelas, di kelas saya pun masih ada yang belum bisa membaca dan menghapal huruf-huruf dalam Bahasa Inggris. Tapi saya tak mengejar terlampau jauh ke belakang. Bayangkan di kelas 4 dengan materi s...

SAYA TIDAK SETUJU DENGAN KURIKULUM 2013!

Dari awal saya mendengar dan sampai mengikuti pemberitaan dan kabar tentang Kurikulum 2013 tentang rencana pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 mulai tahun 2013/2014 saya sudah kesal sekali. Loh kok kesal? Ya iya lah kesal, mungkin bukan dirasakan saya saja tapi kalangan praktisi pendidikan bahkan orang tua murid yang tak menyetujui rencana ini. Kurikulum 2013 ini rencananya akan memangkas jumlah mata pelajaran di sekolah sehingga menjadi lebih sedikit, yaitu tingkat SD dari 10 mata pelajaran (mapel) dipangkas menjadi 6 mapel. Mapel yang ditiadakan antara lain : IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknologi Informatika dan Komputer (TIK). Padahal pelajaran ini begitu penting di era kini malah ditiadakan. IPA misalnya yang dihilangkan. Duh jangan mentang-mentang anak Indonesia lumayan banyak berprestasi di Olimpiade Sains tingkat Internasional, maka pelajaran ini dianggap gampang. Mereka itu Cuma sedikit jumlahnya dibandingkan anak-anak yang kurang paham sains. Ini tentu bertentangan dengan sema...