Langsung ke konten utama

Bhinneka Tunggal Ika, Masihkah Ada?

Bhinneka Tunggal Ika, suatu kalimat yang pasti sudah sangat familiar sekali bagi kita, warga negara Indonesia. Seperti yang kita ketahui, kalimat tersebut merupakan salah satu semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Sebenarnya, Bhinneka Tunggal Ika sendiri merupakan kutipan dari kitab Sutasoma yang diciptakan oleh Mpu Tantular. Nah, karena maknanya yang sangat sesuai sekali dengan keadaan bangsa Indonesia, maka bhineka tunggal ika ditetapkan sebagai semboyang bangsa.
Seperti yang kita ketahui, lihat, dan rasakan Indonesia memiliki aneka ragam suku, bangsa, agama, maupun kelompok/golongan. Karenanya, semboyan ini memiliki makna tersendiri bagi kelangsungan bangsa Indonesia, yaitu untuk mengenyahkan segala perbedaan dan keberagaman yang ada dan mengubahnya untuk menjadikan kita semua satu, yaitu Indonesia.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pertanyaan yang menyangkut Bhinneka Tunggal Ika ini berlalu lalang di batin maupun pikiran saya.
Apakah Bhinneka Tunggal Ika itu masih ada? Atau bahkan pernahkah ada bhineka tunggal ika dalam realitas kehidupan?
Bagaimana tidak, dari kehidupan sehari-hari yang kita jalani maupun berita dari media masa kita disuguhi oleh berita akan tindakan yang kurang menyenangkan. Di kehidupan sehari-hari, contohnya saja di sekolah. Masih banyak dari kita yang kurang dapat menerima perbedaan. Contohnya saja banyak teman kita yang berkulit gelap dijuluki dengan si ‘Papua’ dengan nada melecehkan. Em bukankah Papua itu indah? Terlebih sebenarnya warna kulit kita adalah gelap. Kemudian, pemberitaan di media masa banyak perang antar suku, kelompok, dan juga agama. Peledakan bom yang dilakukan para teroris contohnya. Mereka beralasan untuk berjihad karena mereka merasa apa yang mereka anut itu yang paling benar.
Bukankah kita semua tahu bahwa semua agama itu mengajarkan kebaikan, jadi untuk apa merasa ini salah ini benar. Terlebih, ini menyangkut kepercayaan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak. Bahkan untuk urusan ini undang-undang dasar telah mengaturnya.
Nah, dari beberapa contoh yang saya berikan di atas dan juga observasi yang saya lakukan di kehidupan sehari hari, saya menyimpulkan bahwa selama ini bhineka tunggal ika merupakan semboyan belaka, tanpa implementasi di dunia nyata. Ya, meskipun mungkin tidak semua berlaku demikian, tetapi sebagian besar dari kita belum paham betul akan makna Bhinneka Tunggal Ika sendiri.
Jadi, sekarang alangkah indahnya jikalau kita berubah, mempelajari segalanya lebih dalam dan bersatu untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Cerita Kelas Empat

Cerita-cerita dari teman sesama pengajar benar-benar membuka mata saya akan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan selama mengajar. Banyak kekurangan di sana sini. Masih belum maksimal di beberapa aspek. Bahkan minim di satu, dua poin pengembangan. Kekurangan tak membuat saya kecewa. Justru saya kembali dengan banyak bahan evaluasi dan perbaikan ke depan. Dalam beberapa sesi diskusi, agaknya saya mesti bersyukur diberi kepercayaan mengajarkan kelas rendah. Buat saya, kelas empat adalah sebuah transisi. Proses perubahan pemikiran anak-anak dari yang sebelumnya belajar materi-materi sederhana ke materi-materi yang jauh lebih serius dan rumit. Jam belajarnya pun bertambah. Banyak teman mengeluhkan anak murid mereka yang belum lancar membaca dan mengingat hurf-huruf bahasa Inggris. Jelas, di kelas saya pun masih ada yang belum bisa membaca dan menghapal huruf-huruf dalam Bahasa Inggris. Tapi saya tak mengejar terlampau jauh ke belakang. Bayangkan di kelas 4 dengan materi s...

SAYA TIDAK SETUJU DENGAN KURIKULUM 2013!

Dari awal saya mendengar dan sampai mengikuti pemberitaan dan kabar tentang Kurikulum 2013 tentang rencana pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 mulai tahun 2013/2014 saya sudah kesal sekali. Loh kok kesal? Ya iya lah kesal, mungkin bukan dirasakan saya saja tapi kalangan praktisi pendidikan bahkan orang tua murid yang tak menyetujui rencana ini. Kurikulum 2013 ini rencananya akan memangkas jumlah mata pelajaran di sekolah sehingga menjadi lebih sedikit, yaitu tingkat SD dari 10 mata pelajaran (mapel) dipangkas menjadi 6 mapel. Mapel yang ditiadakan antara lain : IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknologi Informatika dan Komputer (TIK). Padahal pelajaran ini begitu penting di era kini malah ditiadakan. IPA misalnya yang dihilangkan. Duh jangan mentang-mentang anak Indonesia lumayan banyak berprestasi di Olimpiade Sains tingkat Internasional, maka pelajaran ini dianggap gampang. Mereka itu Cuma sedikit jumlahnya dibandingkan anak-anak yang kurang paham sains. Ini tentu bertentangan dengan sema...