Langsung ke konten utama

Semangat Menyala Dari SMAN 1 LIGUNG

“Kal, mungkin dimata kau. Aku nih macam rang gile, yang da nak nerime kenyataan.Yang hanya bisa bermimpi, yang hanya bisa ketawa. Ayahku sering ceritekan aku Kal “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu. Tapi lalu, dia pergi meninggalkan aku sendiri. Aku sangat ketakutan Kal. Tapi kau harus tau Kal, pertama kali aku lihat kau dan ayah kau menjemput aku setelah ayahku meninggal, rasa takutku, rasa sedihku hilang seketika. Aku yakin betul kalo kau dan ayah kau adalah orang-orang yg akan menyelamatkan keyakinanku untuk tidak pernah berhenti bermimpi. Kalo nda punya mimpi dan harapan, orang-orang macam kita akan mati Kal”


Kalau ada yang pernah nonton film Sang Pemimpi, kelanjutan film Laskar Pelangi pasti tahu dialog diatas. Kalimat itu diucapkan Aray untuk memotivasi Ikal, ketika Ikal terpuruk karena nilainya anjlok di sekolah dan seketika mimpi dia untuk bisa kuliah pun hilang. Dengan kegigihan dan walaupun mereka semuanya berasal dari pelosok akhirnya mereka bisa kuliah sampe ke negara Prancis. Kalau yang belum nonton film ini, coba deh tonton. Sepertinya film ini wajib ditonton oleh orang-orang yg mempunyai mimpi dan sedang membutuhkan motivasi dan semangat.

Malam ini saya tidak akan bercerita tentang film Sang Pemimpi. Tapi kalimat diatas cukup memotivasi saya untuk menyebarkan pesan ke adik-adik SMA yang ingin berkuliah tapi tidak mempunyai biaya dan hanya mempunyai mimpi dan harapan besar untuk bisa berkuliah. Dan saya salah satu orang yang beruntung bisa berkuliah sudah sewajibnya saya menyebarkan semangat terutama dengan adanya Beasiswa Bidik Misi, beasiswa dari pemerintah untuk siswa yg tidak mampu secara ekonomi.

Ketika liburan kuliah semester beberapa waktu yg lalu saya bergabung dengan EDUTECH, sebuah lembaga konsultan yang bergerak dibidang pendidikan. Tugas saya mensosialisasikan Beasiswa Bidik Misi ke sekolah-sekolah pinggiran dengan akses informasi yang kurang. Ohy kalian tau kan Beasiswa Bidik Misi itu apa? Program beasiswa pemerintah melalui Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional. program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi berupa bantuan biaya penyelenggaran pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi. Lebih jelasnya silahkan klik di bidikmisi.dikti.go.id

Sekolah yang pertama saya kunjungi adalah SMAN 1 LIGUNG, jarak sekolah ini ke pusat kabupaten (Majalengka) sekitar 25-30 KM dan jarak menuju ke kota (baca: jalan raya) sekitar 8-10 KM. kebetulan saya juga dulu bersekolah di SMA ini dari mulai semester 2, semester 1 saya di SMAN 2 MAJALENGKA.

Sebelum saya memulai sosialisasi ke siswa, sore harinya saya berkunjung ke rumah Ibu Euis (guru BK) untuk mengurus perizinan. Dari pertemuan itu kami banyak mengobrol tentang rasa pesismis para siswa karena mereka berasal dari sekolah pelosok selain itu kurangnya kesadaran para orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya sampe ke perguruan tinggi juga menjadi alasan apalagi paradigma para orang tua siswa menganggap bahwa pendidikan itu tidaklah terlalu penting, yang tepenting itu anaknya bisa bekerja keluar negeri dan mendapatkan uang banyak. Tak heran para orang tua mempunyai pikiran seperti ini, karena memang kebanyakan siswa di sekolah ini para orang tuanya, tetangganya, saudaranya dan temannya  bekerja di luar negeri menjadi TKI (ma’af : buruh/pembantu) dan sepulangnya mereka dari sana mereka bisa membeli rumah, tanah, dan bisa ber-wirausaha . Sehingga banyak orang tua tidak mendukung anaknya untuk kuliah dan menganjurkan anaknya pergi ke luar negeri atau bekerja di pabrikan atau mungkin mengelola sawah orang tuanya.

Dari dulu memang lulusan sekolah ini hanya beberapa saja yang bisa meneruskan kuliah, dan jumlahnya sangat bisa dihitung. Mungkin sekitar 5-7 lulusan bisa berkuliah dan kebanyakan lulusan yg bekuliah orang-orang yang memang ekonominya mapan. Saya? Berasal dari keluarga sederhana tapi ber-syukur mempunyai orang tua yang sangat mendukung kemauan anaknya walaupun tidak terlalu paham tentang pentingnya pendidikan, mereka hanya ingin anaknya tidak seperti mereka yang menjadi petani.

Ok, balik lagi ke topic tapi ga pake hidayat. :)
Pagi itu pun saya mempresentasikan materi yg mesti di sosialisasikan. Terlihat wajah-wajah pesimis para siswa. Wajah pesimis karena mereka hanya siswa yang berasal dari sekolah di pelosok dan meskipun mereka punya keinginan untuk kuliah tapi orang tua mereka lah yg keukeuh melarang mereka untuk kuliah alasannya karena biaya dan lebih baik bekerja ke luar negeri. Kenapa dengan masalah biaya padahal kan udah ada beasiswa? Adanya informasi beasiswa saja tidak cukup merebut hati para orang tua mereka. Para orang tua mereka takut bewasiswa itu hanya di awal saja untuk selanjutnya mereka meski mencari dana sendiri untuk biaya makanya orang tua ketakutan akan itu sehingga anaknya disarankan untuk bekerja saja dan tidak ambil beasiswa.

Beberapa hari setelah presentasi (sosialisai Beasiswa Bidik Misi), saya diminta datang ke sekolah untuk pendampingan siswa pendaftaran Bidik Misi karena katanya banyak siswa yang mundur karena mereka ga mau ribet dengan pendaftaran system on line. Setelah sekolah merekomendasikan siswa ke Bidik Misi, selanjutnya siswa yg mendaftar sendiri. Kebanyakan siswa dengan sistem seperti ini terlalu ribet mereka mesti nyari warnet, siapin dokumen dan lain sebagainya. Ohy pendaftaran beasiswa ini melalui jalur on line dan sebagian siswa disini ga ngerti internet makanya mereka lebih baik menyerah daripada pusing. Hanya ada beberapa siswa yang masih punya semangat untuk melanjutkan tahap pendaftaran Bidik Misi.

H-2 menuju penutupan Jalur Undangan SNMPTN, sekolah pun belum mendaftar dan memasukan data dan nilai-nilai siswa dari 4 kelas XII (IPA 1 dan IPS 3 Kelas) untuk Jalur Undangan SNMPTN. Karena akses internet di sekolah pun tidak ada akhrinya pendaftaran sekolah pun saya daftarkan melalui jaringan internet modem laptop yang saya bawa. Sebagus-bagusnya modem mungkin kalian tau kecepatannya seperti apa, apalagi di daerah yg jaringannya terbatas seperti disini. Hari itu pun saya mendaftarkan sekolah di ruangan BK. Berkas-berkas semuanya dilengkapi dan tinggal klik finalisasi pendaftaran sekolah. Bisa ditebak, finalisasi pun gagal karena jaringan koneksi. Tapi saya tidak menyerah begitu saja. Saya coba terus mengulang (meng-klik) finalisasi tapi tetap gagal, sampai 2 jam lebih tetap gagal akhirnya saya pun menyerah dan memutuskan untuk membawa file ke rumah. Karena penutupan pendaftaran sudah dekat sepulang dari sekolah itu saya memutuskan untuk mencari warnet yang mempunyai akses cepat. Jarak 30 KM pun harus saya tempuh untuk bisa mendaftarkan sekolah agar besoknya saya tinggal memasukkan data nilai siswa untuk perekomendasian Jalur Undangan. Dengan jarak sejauh itu akhirnya tidak sia-sia, pendaftaran sekolah pun berhasil, rasa bahagia pun membuncah dihati saya apalagi ketika saya  ingat wajah semangat para siswa yg ingin kuliah.

Sore harinya saya ke rumah Ibu Euis  karena saya ingin mencicil data untuk dimasukkan ke pendaftaran. Sore itu pun data nilai kelas IPA bisa selesai. Karena waktu sudah malam dan jarak rumah saya dari rumah Ibu Euis lumayan jauh dgn harus melewati jalanan yang kosong akhirnya saya memutuskan untuk pulang dan meneruskan keesokan harinya.

Hari itu penutupan terakhir Jalur Undangan SNMPTN sampai jam 6 sore. Data dan nilai siswa kelas IPS belum masuk. Agak sedikit pesimis dengan waktu yg sempit tapi ketika saya ingat semangat para siswa yang ingin berkuliah dengan segala rintangannya, saya pun begitu tertantang untuk menyelesaikannya.

Jam 8 pagi berangkat menuju sekolah untuk memasukkan data dan nilai siswa. Sekitar 10 jam lagi Jalur Undangan ditutup. Karena jaringan internet di sekolah susah akhirnya saya dan Ibu Euis memutuskan untuk menyelesaikan di rumahnya karena memang rumahnya berada di kota dan akses jaringan internet pun sangat mudah di dapat. Dari mulai jam 9 pagi kami mulai melakukan perekapan nilai dari kelas XII IPS 1-3. Hampir tidak ada jeda untuk istirahat. Hanya ketika shalat dan makan saja kami bisa sejenak istirahat setelah itu kami lanjut perekapan nilai dan memasukkan data nilai siswa.

Jarum jam sudah menunjukkan jam 4 sore, akhirnya kami bisa menyelesaikan finalisasi data nilai siswa. Sekarang hanya tinggal perekomendasisan siswa ke Jalur Undangan setelah dilakukan perankingan. Karena ada form-form yg mesti diisi oleh siswa, Ibu Euis pun harus sms satu persatu siswa yang masuk perekomendasisan. Bukan hanya nunggu sms balesan dari siswa tapi kami pun harus nunggu pertimbangan siswa antara mewujudkan mimpi (berkuliah) dan menyerah dengan saran orang tuanya untuk langsung menyuruh mereka bekerja. Banyak siswa yg memutuskan untuk mengubur impian mereka berkulaih karena tidak diberi izin oleh orang tua. Tapi kami coba memaksakan mereka untuk  memasukkan datanya.

30 menit menuju penutupan, kami masih menunggu balesan sms data dari para siswa untuk direkomendasikan. Karena diburu oleh waktu akhirnya kami mem-finalisasikan perekomdasian dengan memasukkan beberapa siswa saja. Kelas IPA dari 12 siswa yg masuk perekomendasian akhirnya hanya 11 siswa yg direkomendasiakn. Kelas IPS 1-3 dari 40 siswa yg masuk perekomendasian akhirnya hanya 13 siswa yg direkomendasikan karena sulitnya para orang tua siswa untuk mengizinkan anaknya kuliah padahal dengan beasiswa tapi tetap saja tidak diizinkan. Dari jumlah 25 siswa yg direkomendasikan, 24 siswa pendaftar dengan status Beasiswa Bidik Misi dan 1 siswa non Bidik Misi artinya 1 siswa ini harus membeli PIN untuk bisa mendaftar. Karena 1 siswa ini termasuk keluarga yang sudah paham pentingnya pendidikan  akhirnya orang tuanya pun mendukung untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Dari 24 siswa yg direkomendasikan, apakah mereka akhirnya melanjutkan pendaftaran? Coba kalian tebak. Sudah diperkirakan sebelumnya, akhirnya yang meneruskan melengkapi pendaftaran hanya beberapa siswa saja. Kelas IPA hanya ada 3 orang tadinya hanya 1 orang yg mengisi formulir yang 2 siswa masih bingung. Setelah saya membujuk 2 siswa itu akhirnya mereka mau untuk melanjutkan pendaftaran. Saya pun berinisiatif membujuk siswa lain agar mereka mau unutk melanjutkan pendaftaran. Banyak siswa yg bilang menyerah karena mereka bingung dgn tata cara pendaftarannya. Padahal saya menawarkan untuk mendampingi mereka saat pendaftaran tapi ternyata alasannya bukan hanya itu. Lagi.. lagi orang tua mereka yang tidak mengizinkan. Kelas IPS dari 24 hanya 6 orang yang terus melanjutkan sisanya dengan alasan yang sama. Hmmm……

Memang tidak mudah pendaftaran lewat on line seperti ini apalagi dengan akses internet yg susah dan kurangnya pemahaman siswa tentang internet. Tapi bukan alasan itu juga kita mesti menyerah dengan keadaan. Banyak cara yang masih bisa kita lakukan. Seperti perjuangan para siswa SMAN 1 LIGUNG ini untuk mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah. Akses internet susah akhirnya mereka punya inisiatif untuk pergi ke rumah Ibu Euis, saya pun saat itu berada bersama mereka. Masih ingat hujan lebat bercampur petir, harus mereka lewati untuk bisa mendapatkan PIN dan KAP agar bisa mendaftar Undangan, terpaksa kami harus pulang malam sampai terus ditelpon oleh salah satu orang tua siswa. Tidak sampai disitu perjuangan mereka. Yang biasanya akses internet mudah di dapat di rumah itu mendadak susah dapat signal, laptop yang mereka bawa terus mati. Sempat menyerah dengan keadaan saat itu tapi saya mencoba untuk menyerankan mereka untuk tetap mencoba besoknya.


“Alhamdulillah kami sukses daftar kak…”

Itu isi sms yg dikirimkan ke saya dari salah satu siswa. Alhamdulillah….
Terharu membaca sms itu terlebih ingat dengan perjuangan mereka yg luar biasa. Saat mimpinya terhalang restu orang tua, mereka tetap semangat untuk mewujudkan impiannya agar hidup mereka kelak lebih baik dari sebelumnya, hidup lebih baik dari sekedar menjadi buruh, hidup lebih baik dari sekedar mengurus ladang.

Betapa bersyukurnya saya dihadapkan dengan siswa-siswa yang mempunyai semangat luar biasa dan pantang menyerah dengan keadaan.  Kuasa Allah atas semua rasa syukur ini, ditengah pesimistis akan pemikiran lingkungan sekitar, ternyata ada saja hal-hal yang membuat saya optimis . Perjuangan mereka, walaupun dalam keadaan kekurangan seperti seakan meluluhkan semua sisa-sisa mimpi tapi Tuhan menunjukkan sesuatu yg semsetinya memang mereka dapatkan. Semangat dari teman-teman tentu juga bersinergi dengan mimpi-mimpi kita yang harus dipertanggungjawabkan.

Bagi kalian yang juga dalam kejenuhan dan ketakutan dalam berjuang mewujudkan keinginan, tetaplah tenang, berprasangka baik itu lebih menyenangkan daripada mengutuk diri sendiri dan menyalahkan keadaan! Meluruskan prasangka bahwa takdir Allah kepada kita selalu akan berakhir dengan indah. Jika belum berasa indah, maka yakin saja bahwa takdir itu belum berakhir, belum selesai dan kita masih bisa untuk terus memperjuangkannya menjadi lebih indah. Yakin deh.. Tuhan akan selalu membayar setiap doa dan usaha manusia, dan Dia tidak akan pernah ingkar janji.




Inilah nama-nama siswa yg direkomendasikan (berhasil mendaftar) di Jalur Undangan yang semangatnya luar biasa... Mereka mengisnpirasi saya :)
*Do'akan mereka agar mereka lolos Jalur Undangan, aamiin

IPS                                                                                                          IPA
Lisnawati                                                                                Mila Milatulhanifah
Della Hanafiawi                                                                      Ine Sintiawati
Susanti                                                                                   Susilawati
Fauziyah A.
Lubab Fahmi
Marsela


"Jadilah kerikil yg dilemparkan ke tengah sungai, maka pengaruh gelombang riak air nya besar, dibanding menaruh batu besar di tepi sungai. ia tidak dapat memberikan pengaruh yg besar terhadap sekelilingnya".


Pendaftaran SNMPTN 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit sejarah Viking-The Jak

oke, sekarang lagi pengen cerita sedikit ttg perseteruan paling heboh di zaman Indonesia modern antara viking-the jak. cerita ini diambil dari beberapa sisi yaitu : 1. pentolan viking tahun 1990an 2. Ayi beutik, panglima viking 3. Ketua the jak ke-3 entah siapa namanya 4. cerita langsung org2 yg hadir di kejadian jadi insyaalloh ga bakal lebay tapi sebelumnya, meskipun udah coba mencakup beberapa pandangan orang, mohon maaf kalau ceritanya masih pro ke viking *da kumaha2 ge aing mah viking, bakal dukung persib terus, dek damai hayu, perang ge jalan*  tapi ulah ateuh ai sampe ka perang mah,heheheehe.... so here's the story... maaf ya, buat org2 jakarta, meskipun dari zaman perserikatan udah saingan terus, cuman militansi suporter waktu itu persib emzng udah dahsyat. Beda sama pendukung persija apalagi waktu liga Indonesia mulai dengan ngegabungin tim2 perserikatan-galatama. Waktu itu pendukung persija belum ada, yg ada pendukung pelita jaya, termasuk Ferr...

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

LEBAM

Semakin nyaman berada dalam satu lingkungan, semakin enggan untuk beranjak darinya. Rasa dan jiwa menjadi lebam. Nyali berubah ciut dan kecut. Memang gila meninggalkan kenyamanan. Namun lebih gila menerus diam, tapi mengharapkan terjadi sesuatu perubahan.