Menulis itu bagaikan memulung kata. Kita seperti berjalan-jalan di sebuah taman. Melihat kata kaleng berserakan; kita pungut. Menyaksikan kata kupu-kupu berterbangan; kita pungut. Merasakan kata lembutnya rumput; kita pun pungut. Dan masih banyak kata, yang ada di taman itu kita kumpulkan. Semuanya bertumpuk dalam otak. Beberapa, dalam sebuah catatan kecil. Lantas, kita pilah kata-kata yang tepat guna. Kata-kata yang sesuai dengan ide di benak kita. Kata-kata yang bisa menggambarkan emosi dan perasaan. Kita pilah semuanya. Kita kelompokkan dalam klasifikasi-klasifikasi tertentu. Kata “kaleng” untuk menegaskan arti “pencemaran”, kata “kupu-kupu” untuk menggambarkan “indah,” kata “rumput” untuk menunjukkan “taman,” dan sebagainya. Lalu kita menyusunnya dalam sebuah kalimat. Kalimat-kalimat itu lantas kita hubung-hubungkan, menjadi sebuah paragraf. Akhirnya menjadi sebuah cerita atau karangan. Dengan karangan, kita bisa bertukar pikiran, perasaan dan pengalaman. Manus
Indonesia itu ga jelek. Indonesia is rich country. Lu dan gue (kita) yang harus bangun Indonesia pake tangan kita sendiri.