Langsung ke konten utama

Narasi nasi

Bapak saya petani, Emak saya koki. Bapak selalu berhasil mendapatkan hasil bumi yang melimpah. Emak selalu berhasil mengolahnya menjadi masakan yang menggoyang lidah. Beras adalah hasil bumi utama yang dihasilkan Bapak selama bekerja di sawah. Emak selalu berhasil mengolahnya menjadi bermacam-macam nasi yang mampu memaksa saya terus-terusan nambah. Karenanya, dalam kamus keluarga saya, tidak ...ada istilah makan di luar rumah.

Sejauh yang saya ingat, ada tiga jenis nasi buatan Emak yang enaknya tak tertandingi.



3. Nasi Goreng ala Emak
Bumbunya hanya bawang merah, cabe rawit, dan garam. Emak tidak pernah menambahkan kecap, saus, atau bumbu nasi goreng lainnya. Ia tidak suka nasi goreng yang berwarna. Menurutnya, nasi ya nasi. Meskipun sudah digoreng, warnanya ya harus warna nasi. Ia memang idealis. Untuk urusan nasi goreng sekalipun, ia punya prinsip.

2. Nasi Liwet ala Emak
Nasi ini ditanak dalam wajan istimewa bernama kastrol. Beras dimasukkan ke dalam kastrol, tambahkan air secukupnya. Dalam kastrol, air yang menggenang di atas beras tidak boleh lebih dari dua buku jari. Setelah air menyusut, tambahkan cabe rawit, bawang merah, dan asin teri ke dalam kastrol. Ilmu membuat nasi liwet dinamakan kastrologi.

1. Nasi Pulen ala Emak
Yang membuat nasi buatan Emak selalu pulen adalah ketekunan. Emak terbiasa menanak nasi di atas tungku. Dengan bantuan langseng dan  aseupan, setiap hari Emak menanak nasi tanpa pernah merasa bosan. Agar tidak cepat basi, sebelum disajikan, nasi diakeul terlebih dahulu. Hmmm….nasi pulen ala Emak pun tersaji di meja makan.

Kini, saya sudah lama ditinggal jauh Bapak sama Emak. Dan saya mulai kehilangan selera masakan yang menggoyang lidah.

sekarang saya sudah terbiasa makan di luar rumah dan memasak-masakan sendiri atau membeli lauknya di warung-warung.

Kepada salah seorang saudara, saya pernah mengadu. Tentang masakan saya yang kurang bumbu. Tentang nasi buatan saya yang sedikit ambigu.

Dan jawabannya sungguh membuat saya terpaku.

“Itu artinya,  Sudah saatnya kamu memikirkan seseorang yang mampu membuatkan makanan enak.”


Catatan: sebenarnya tulisan ini adalah jawaban atas tantangan dari seseorang tentang “Top Nasi”. Tapi kok jadi sentimentil begini ya? Hahaha…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Pesan Untuk Nonoman Sunda

Nonoman Sunda! Pasundan teh lemah cai aranjeun! Aranjeun nu boga kawajiban ngabdi ka lemah cai, tapi gigireun ieu kawajiban anjeun ngabogaan hak pikeun hirup di tanah sorangan. Nonoman Sunda! Upama anjeun teu wekel ngasah awak, teu pemohalan, Nonoman Sunda di lemah caina teu kabagean alas, kapaksa kudu nyamos lantaran kalindih ku golongan sejen. Ku saba eta para Nonoman sunda, geuwat berunta, geuwat kukumpul tanaga jeung pakarang, nu diwangun ku kaweruh pangpangna adat tabeat nanu kuat, nyaeta: kawekelan, kadaek, kakeyeng, karep jeung kawanen. Geura rasakeun, pisakumahaeun teuing pinalang saeunana upama Nonoman Sunda ngan kabagean harkat kuli jeung jongos, paling negtog jadi jurutulis, cindekna ngan kabagean pangkat laladen, tur di bali ngeusan ngajadi sorangan. Aduh tobat, dugikeun ka kedah kitu mah, sing jauh ti tanah sunda, ka ditu ka sabrang. (Oto Iskandar Di Nata) Resapilah tulisan Oto Iskandar Di Nata dari tahun 1938. Beliau sangat sayang kalian, jau...

Cerita Kelas Empat

Cerita-cerita dari teman sesama pengajar benar-benar membuka mata saya akan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan selama mengajar. Banyak kekurangan di sana sini. Masih belum maksimal di beberapa aspek. Bahkan minim di satu, dua poin pengembangan. Kekurangan tak membuat saya kecewa. Justru saya kembali dengan banyak bahan evaluasi dan perbaikan ke depan. Dalam beberapa sesi diskusi, agaknya saya mesti bersyukur diberi kepercayaan mengajarkan kelas rendah. Buat saya, kelas empat adalah sebuah transisi. Proses perubahan pemikiran anak-anak dari yang sebelumnya belajar materi-materi sederhana ke materi-materi yang jauh lebih serius dan rumit. Jam belajarnya pun bertambah. Banyak teman mengeluhkan anak murid mereka yang belum lancar membaca dan mengingat hurf-huruf bahasa Inggris. Jelas, di kelas saya pun masih ada yang belum bisa membaca dan menghapal huruf-huruf dalam Bahasa Inggris. Tapi saya tak mengejar terlampau jauh ke belakang. Bayangkan di kelas 4 dengan materi s...