Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

(KELAS 4) BERANI JUJUR ITU HEBAT

Siang ini setelah istirahat pertama, saya bersiap untuk mengajar di kelas 4. Baru saja beberapa langkah saya meninggalkan kantor sekolah, tiba-tiba Ade Fitri, salah seorang siswa kelas 4 berlari ke arah saya dan berteriak memanggil nama saya, “Pak, cepat masuk kelas. Andre nangis Pak....” teriaknya menghampiri saya. Setengah tak percaya kalo Andre nangis, saya tanya Ade, “Andre nangis?” sambil senyum. Ohy Andre siswa paling senior di kelas 4 bersama Dudung, karena di kelas 3 mereka tidak naik kelas dan siswa yang agak sedikit susah diatur. Pernah sekali ketika berdoa sebelum belajar, saya memergoki Andre tidur di kelas. “Pak Angyar, cepat masuk dan lihat Andre. Andre nangis di fitnah Pak”. Gina memanggil nama saya pas ketika saya di pintu kelas 4. Terlihat Andre sedang menundukan kepalanya dan menangis sesegukan. “Andre kenapa nangis?” tanya saya menghampirinya. Anak-anak satu kelas menimpali pertanyaan saya, “Andre di fitnah Pak, Andre di fitnah Pak....” Anak-anak satu kelas men

Jangan Marah!!

Ada banyak sebab dan alasan tentang kenakalan seorang anak. Bisa jadi, karena kurang perhatian. Atau, kenakalannya itu sebagai wujud dari protes ketidakpuasan, baik terhadap keluarga maupun lingkungan sekitarnya yang lebih luas. Menghadapi anak seperti itu, kita mesti kreatif. Memiliki banyak cara untuk mengatasinya. Saya sendiri, ketika di sekolah sering sekali menghadapi tingkah anak yang tak jarang di luar kendali. Selalu berpikir untuk mencari jalan keluar untuk permasalahan ini. Tidak sekedar menjadikan marah dan hukuman sebagai senjata satu-satunya tanpa memberinya pengertian. Banyak fakta membuktikan cara-cara seperti kata-kata pedas kemarahan dan hukuman dalam dalam meredam anak nakal, jarang sekali berhasil. Yang terjadi selanjutnya, malah kenakalan yang menjadi-jadi. Sering pula, kenakalan pada diri anak berlanjut. Seakan tak pernah mau berhenti karena kurangnya keteladanan dari orangtua atau masyarakat. Jelasnya, tak ada satu pun bentuk tindakan nyata positif yang bisa me

Inget Mamak

Mamak (Ibu) saya shalatnya rajin. Saya sendiri kalau kemana-mana pasti minta do’a restu Mamak saya. Misalkan, sebelum berangkat ke sekolah, kemanapun saya pergi, jadi anak kecil lagi. Tapi, itu memberikan kenyamanan buat saya. Nggak tahu Tuhan kerjanya kayak gimana ya. Tapi saya percaya, setiap kali saya minta restu, saya terlindungi. Itu mulai hal yang kecil, misalnya saya mau sekolah, “Mak, doa keun nya... Mak, doa keun nya... Mak, doa keun nya!” (Ibu doa kan, red). Itu berkali-kali sampai sekarang. Kalau menurut saya, hati saya ini hati Mamak saya. Saya nggak sekuat Bapak saya. Bapak saya itu orang yang tough. Tapi, kalau saya, hati saya itu lemah banget seperti Mamak saya. Tapi, kuat. Bayangin, ini orang tidak lulus SD, punya anak, tiba-tiba punya cita-cita anaknya kuliah. Menurut saya itu nggak masuk akal dulu. Tapi, ini membuktikan kalau Mamak saya secara pendidikan nggak tinggi, tapi secara intelektual tercerahkan. Dan, itu jarang-jarang. Mamak saya berpikir panjang bahwa ‘hey

Memulai Efisiensi Energi

Manusia tidak dapat hidup tanpa energi, sayangnya energi yabg berlimpah membuat kita lupa untuk memeliharanya, hal ini sangat mengkhawatirkan. Menurut Rene Suardono (Public Speaker), "Kita udah nggak bisa nunggu lagi. We don't have the luxury time. Kita sudah melihat dengan menggunakan argumen apapun bahwa kalau kita masih terus berkeyakinan keadaan akan tetap sama sehubungan dengan energi, kita akan ketinggalan di semua hal." Bahwa kita terlena dengan energi yang berlimpah terlihat dari cara kita menggunakan energi. Sedikit dari kita yang pernah memikirkan darimana datangnya energi. Kita cenderung berpikir bahwa ketersediaan energi sangatlah banyak dan bisa dimanfaatkan kapan saja. "Kita punya kecenderungan untuk menggunakan energi tidak dengan pemikiran panjang. Sekenanya saja." --Rene Suhardono-- Perilaku boros energi salah satunya oleh adanya mitos yabg salah soal ketersediaan energi. Banyak orang berpikir bahwa energi itu abadi, akan selalu ada kapanpun

Pagi Ini: Bukan Suami Biasa

Pagi-pagi sekali, tepatnya mungkin subuh ini, saya sudah dapat sebuh cerita dari 'Dia' tentang pasiennya yang akan melahirkan tapi masih tahap pembukaan 1 & 2 (katanya sih sampe pembukaan 10 untuk dapat melahirkan). Pasien ini dirawat di Poned (Puskesmas -red). Seorang ibu yang sedang berjuang melahirkan anaknya. Sudah dua hari pasien tersebut dirawat di Poned tapi tahapannya masih pembukaan dua saja. Dua hari pula suaminya menjaga dengan setia. Tak ada anggota keluarga lain menunggu pasien tersebut. Hanya pasien dan suaminya saja. Biasanya tak jarang kalau ada pasien yang dirawat banyak anggota keluarga yang menunggu. Tapi, pasien ini hanya suaminya yang setia menunngu. Selama dua hari itu suaminya hanya tidur di lantai tanpa sebuah tikar sebagai alas tidurnya, istrinya terus dielusnya karena terlihat terus kesakitan. Suami tersebut berjuang penuh tanggung jawab mendampingi istrinya melahirkan. Ya. Penuh tanggung jawab. Untuk mengambil uang di ATM yang jaraknya sekitar

Pepatah Kuno Tentang Ibu

Pepatah kuno mengatakan, "didiklah seorang lelaki maka kamu mendidik seorang manusia. Namun jika kamu mendidik seorang perempuan, maka kau telah mendidik satu keluarga, bahkan telah mendidik satu negara." Sejarah menuturkan, pera ibu kita membuktikan bahwa mereka adalah pejuang. Mereka tak menggenapi takdir penciptaannya, namun mampu menjadi wanita yang berdaya dan memberdayakan. Salam hormat kami untukmu, Sang Ibu. Negara ini berutang kepadamu. *takrn from Mr. Imang Jasmine. One of family member of Indonesia Mengajar.

SADAR BERAGAMA, BERNAGARA SARENG BERMASYARAKAT

Jaman nepi ka kieu nya, ka alaman ayeuna, teuing ke ku barudak engke mah euy. Nu matak beurat ti ayeuna keneh. Tatan-tatan nyahareupan waktu nu bakal datang, ayeuna keneh ge geus karasa kritis na masyarakat teu di kampung, teu di kota. Ngan saeutik we hanjakal teh sok babarian demonstrasi nu ngarusak pangwangunan nu geus aya. Teu etis kalakuan nu jiga kitu teh. Aya nu teu ngeunah mah sok salurkeun aspirasi urang, da aya penyalur na, aya nu bakal narima na. Nu penting Demokratis jeung Pancasilais supaya dilindungi ku Undang-Undang,hehe.. Komo tahun 2000-sekian mah ceunah geuningan aya perdagangan bebas. Bakal bersaing ketat engke mah dina waktu na. Tong boro engke, ti ayeuna keneh oge deleu geus bersaing. Sok we kumaha nasib na Bugis geus ka elehkeun ku Hamburger, komo eta Kue Putri No’ong da geus eweuh eleh ku Hot Dog, Kere geus ka elehkeun ku Stik, Kolontong eleh ayeuna mah ku Konelo, Kremes ku kacida ripuh mah ku Donkin Donat, Angeun Kacang ayeuna geus hampir eleh ku Sop Kaki. Mata