Langsung ke konten utama

Anak Pedalaman

Memang,manusia tidak ada yang sempurna kecuali penciptanya sendiri yang sempurna. Semua manusia mengaku bahwa dirinya adalah orang paling cantik,ganteng dan lain sebagainya dan ada juga yang mengaku bahwa dia adalah makhluk paling sempurna. Janganlah berkata seperti itu,karena manusia dibumi hanya merusak dan merecohkan bumi saja . Dimata Allah anak pedalaman itu sama dengan orang kota/orang luar Negeri-lah.. Pokoknya manusia itu diciptakan oleh Allah dengan sempurna..

Banyak orang tua yang tinggalnya di Kota menyuruh guru datang ke rumah untuk anak – anaknya sendiri biar anak mereka pintar. Mereka bayar jutaan pun berani .Tapi pemerintah dan Presiden tidak pernah mengerti tentang masalah kepedidikan di pedalaman. Bagaimana nasib anak pedalaman, mereka tidak punya sekolah biasa apalagi sekolah favorit yang harganya jutaan. Mereka sekolah tapi tempatnya pun seperti yang tidak mampu untuk kita bayangkan.Mereka selalu bersemangat walaupun sekolah mereka seperti gubuk dan mereka sekolah tidak memakai seragam sekolah yang seperti sekolah biasanya tapi mereka hanya memakai baju yang sudah robek dan tidak lagi layak untuk dipakai. Seharusnya Presiden dan Pemerintah harus adil dengan hal seperti ini. Untungnya ada kakak-kakak mahasiswa yang mau mengajar kami disini dengan ikhlas dan selama ini mereka masih perduli pada kami. Kami pun menulis dengan alat yang sederhana.




    ANAK PEDALAMAN
  IS THE BEST PEOPLE

Karangan / tulisan ini khusus untuk anak pedalaaman yang menurutku anak yang baik.........!!!!!!



By : Shellomitha
Kelas V SDN LOJIKOBONG 2 MJL jawa Barat
                         Wassalam

Komentar

  1. such a................speechless. >____<

    keep writing!

    Ganbare'ttebayo!

    Sign,
    D.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...