Langsung ke konten utama

Bullying




Michael Jackson, salah satu tokoh  yang semasa kecilnya penuh dengan bullying dari orang tuanya. Kalau kita dengar suara Michael Jackson  di lagu Heal The World, itu suara hati dia sebagai seorang michael jackson bukan sebagai seorang superstar, bukan king of pop. Perhatikan suaranya baik-baik, itu adalah suara tangisan batin hatinya –baca : rintihannya-. Dia begitu bergetar ketika menyanyikannya. 

Kalau kita perhatikan, Michael Jackson itu memang seolah-olah tampak luar dia hidupnya penuh dengan kemewahan, popularitas, sanjungan, pujian dan sebagainya. Tapi tampak dalamnya sangat rapuh, sampai di titik detik terakhir azalnya. 

Kemudian apa yang kita ketahui dari  masa kehidupan Michael Jackson ini adalah orang tuanya  benar-benar memaksakan Michael Jackson itu menjadi seorang superstar walaupun belum tentu itu kemauan dari batinnya, dari dalam dirinya. Bahkan orang tua Michael Jackson -dalam sejarah- memukulnya memakai sabuk dari bahan kulit ketika Michael Jackson melakukan ini itu, persis seperti binatang. Ini adalah cara-cara yang kita sudah lihat berdasarkan  sejarah, itu tidak berhasil membuat seorang anak hidup bahagia. Karena kenapa? Orang tujuan mencari kerja biar bahagia, cari nafkah biar bahagia, naik gaji biar lebih bahagia, mejadi kaya agar lebih bahagia dan ujung-ujungnya itu semua pengen bahagia kok.  Jadi kalau kita perhatikan, pertanyaannya adalah : Kalau kita menekan kepada anak atau terjadi kekerasan pada anak apakah akan membuat mereka bahagia? Dari contoh kisah Michael Jackson, dia kurang apa sebenarnya coba? Peti jenazahnya berlapis emas, itu sudah seperti Fir’aun lah. Tapi, kita lihat hatinya benar-benar kosong, sepi, sunyi, dan sebagainya. 

Ribuan kasus bullying baik yang dilakukan oleh orang tua pada anaknya, Om kepada saudara-saudaranya atau keponakannya,  anak sesama anak biasanya terjadi di sekolah, atau guru kepada anaknya, dan sekarang yang lebih heboh dan lebih memprihatinkan lagi adalah anak pada gurunya , itu terjadi seorang anak disuruh menampar gurunya atau memukul gurunya, Ya Tuhan..... kejadian ini membuat miris dan menangis. Ini negeri mau jadi apa? mau dibawa kemana? mau seperti apa? Yang ada saja sudah begini. Kalau kita sebagai orang tua tidak segera bertindak, I don’t know.

Itu adalah proses bullying. Semua ini ada asal mulanya, semua ini ada sebabnya kalau ditelusuri ada penyebabnya. Yuk lakukan perubahan, kita sama-sama melakukannya. Mau berubah? Menyadari bahwa sumber berperilaku anak itu ga jauh-jauh dari rumah. Perbaikilah, maka perilaku anak kita akan ter-perbaiki sendiri . Lingkungan sekolah sebagai pemegang otoritas pendidikan untuk mencetak generasi, ambilah perannya, seriuslah menangani kasus-kasus bullying.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Pesan Untuk Nonoman Sunda

Nonoman Sunda! Pasundan teh lemah cai aranjeun! Aranjeun nu boga kawajiban ngabdi ka lemah cai, tapi gigireun ieu kawajiban anjeun ngabogaan hak pikeun hirup di tanah sorangan. Nonoman Sunda! Upama anjeun teu wekel ngasah awak, teu pemohalan, Nonoman Sunda di lemah caina teu kabagean alas, kapaksa kudu nyamos lantaran kalindih ku golongan sejen. Ku saba eta para Nonoman sunda, geuwat berunta, geuwat kukumpul tanaga jeung pakarang, nu diwangun ku kaweruh pangpangna adat tabeat nanu kuat, nyaeta: kawekelan, kadaek, kakeyeng, karep jeung kawanen. Geura rasakeun, pisakumahaeun teuing pinalang saeunana upama Nonoman Sunda ngan kabagean harkat kuli jeung jongos, paling negtog jadi jurutulis, cindekna ngan kabagean pangkat laladen, tur di bali ngeusan ngajadi sorangan. Aduh tobat, dugikeun ka kedah kitu mah, sing jauh ti tanah sunda, ka ditu ka sabrang. (Oto Iskandar Di Nata) Resapilah tulisan Oto Iskandar Di Nata dari tahun 1938. Beliau sangat sayang kalian, jau...

Cerita Kelas Empat

Cerita-cerita dari teman sesama pengajar benar-benar membuka mata saya akan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan selama mengajar. Banyak kekurangan di sana sini. Masih belum maksimal di beberapa aspek. Bahkan minim di satu, dua poin pengembangan. Kekurangan tak membuat saya kecewa. Justru saya kembali dengan banyak bahan evaluasi dan perbaikan ke depan. Dalam beberapa sesi diskusi, agaknya saya mesti bersyukur diberi kepercayaan mengajarkan kelas rendah. Buat saya, kelas empat adalah sebuah transisi. Proses perubahan pemikiran anak-anak dari yang sebelumnya belajar materi-materi sederhana ke materi-materi yang jauh lebih serius dan rumit. Jam belajarnya pun bertambah. Banyak teman mengeluhkan anak murid mereka yang belum lancar membaca dan mengingat hurf-huruf bahasa Inggris. Jelas, di kelas saya pun masih ada yang belum bisa membaca dan menghapal huruf-huruf dalam Bahasa Inggris. Tapi saya tak mengejar terlampau jauh ke belakang. Bayangkan di kelas 4 dengan materi s...