Langsung ke konten utama

Bercita-cita Menjadi Guru

Mengajar adalah menginspirasi. Memberi ilmu, mendidik dengan hati
 -Faisal Effendi, Pengajar Muda 1-

Dan saya pinjem kata-kata pak Anies Baswedan “Mengajar adalah tugas setiap orang terdidik.” Saya setuju kalo mengajar itu bukan hanya tugas seorang guru tapi wajib hukumnya setiap orang terdidik untuk mendidik. Termasuk mendidik anak-anak agar terus semangat mengejar cita-cita mereka.

Mata pencaharian di kampung saya adalah petani, pedagang, dan ada beberapa pekerjaan lainnya juga termasuk bidan, tentara (TNI) dan guru tapi mungkin hanya beberapa orang saja. Tak heran kalo anda bermain ke kampong saya terus bertanya pada anak-anak tentang cita-cita mereka pasti mereka akan menjawab petani, pedagang, bidan, tentara dan guru. Kalo di kalkulasikan dari cita-cita itu anak perempuan akan menjawab bidan dan anak laki-laki akan menjawab tentara dan pemain sepak bola. Mereka belum tau pekerjaan apa itu fotograper, mereka belum tau pekerjaan apa itu wartawan, mereka belum tau pekerjaan apa itu psikolog dan masih banyak pekerjaan-pekerjaan yang belum mereka tau. Dan sama halnya ketika pertama kali saya mengajar di kampong ini bersama teman-teman yang pertama kali saya tanyakan adalah tentang cita-cita. Ya cita-cita. Karena saya ingin mendorong mereka untuk semangat berusaha menggapai cita-cita itu. Sejak saat itu pelan-pelan saya perkenalkan pekerjaan-pekerjaan lain seperti fotograper, saya jelaskan dan lihatkan poto-poto karya para fotograper. Sehingga sekarang mereka tau kalo fotograper itu tukang poto mahal, hehehe…….

Di anak-anak kelas 5 tahun lalu (kelas 4) saya membuat sebuah kreasi dari kertas karton (inspirasi dari kak Roy, Pengajar Muda 1) tentang pesawat terbang yang harus terbang untuk menggapai cita-cita mereka sampai langit impiannya dan di pesawat itu saya temepeli dengan tulisan-tulisan anak-anak tentang cita-cita mereka satu-satu dan saya pajang kreasi itu di perpustakaan agar setiap kali mereka membaca buku mereka akan lihat tulisan cita-cita mereka di dinding perpustakaan dengan itu saya berharap anak-anak lebih bersemangat lagi menggapai cita-citanya.



Seperti 2 anak kecil yang dekat dengan saya. Yang pertama keponakan saya yang bernama Yati, anak kecil perempuan berumur 4 tahun dan sekarang masih sekolah TK. Dia anak adik ibu saya tapi kita beda kampong, kira-kira jaraknya 2-3 KM rumahnya dari rumah saya tapi dia sering nginep di rumah saya sehingga setiap kali dia nginep di rumah saya pasti saya akan mengajarnya mengaji, membaca, berhitung dan Bahasa Inggris. Dan yang kedua namanya Obi (4 tahun), sama dia pun sekolah TK. Para tetangga dan teman-teman saya suka memplesetkan nama Obi menjadi Orang BIngung atau Orang BImbang diambil dari nama OBI,hehehe…. Obi, dia anak salah satu tetangga yang paling dekat dengan keluarga saya, tak heran kalo dia sering masuk nyelonong ke rumah saya dan mengambil makanan di kulkas atau menyalakan TV di rumah saya karena memang dia sudah seperti bagian dari keluarga saya. Saya pun tak lupa untuk mengajarnya berhitung, membaca buku meskipun dia belum bisa baca tapi huruf A-Z dia hafal sekali, dan tidak lupa mengajarkan ayat-ayat pendek ke dia.

Kedua anak ini selalu merhatiin saya setiap kali saya mengajar murid-murid saya yang datang ke rumah. Tak jarang mereka (2 anak kecil ini) pun ikut-ikutan menggurui murid-murid saya ini ketika murid-murid saya kebingungan menjawab soal yang saya berikan. Sama seperti murid-murid saya yang lain. Kedua anak ini pun saya Tanya cita-citanya. Saya Tanya sama ponakan saya Yati, “kamu cita-citanya apa kalau udah besar nanti?” dia menjawab “ saya mau jadi dokter, eh.. bukan saya ingin menjadi guru”  “kenapa menjadi guru?” Tanya saya “biar bisa ngajar kaya Aa dan punya banyak murid” hehehe…. Saya pun menanyakan hal sama kepada Obi “apa cita-cita kamu kalau udah gede nanti?” dia menjawab “ saya ingin menjadi tentara (TNI), eh…. Mau jadi guru aja deh.” “tentara atau guru, hayooo?” Tanya saya lagi. “pengen jadi guru biar seperti Aa bisa bikin banyak orang pinter” saya hanya tersenyum lembut (hehehe…) mendengar jawaban dari mereka ini.

Child See, Child Do… Apa yang anak lihat, anak akan lakukan. Kalau kita melakukan hal baik insya Allah anak akan menirukan hal baik juga tapi sebaliknya kalo kita melaukan hal buruk anak pun akan melakukan hal buruk. Mungkin seperti kedua anak kecil ini (Yati dan Obi), dia selalu merhatiin saya setiap kali saya mengajar sehingga cita-cita mereka pun ingin seperti saya bisa mengajar. Mendidik itu tidak harus mengajarkan anak-anak terus menerus dengan perkataan kita cukup kita menjadi teladan atau contoh untuk mereka, mereka pasti akan mengikutinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit sejarah Viking-The Jak

oke, sekarang lagi pengen cerita sedikit ttg perseteruan paling heboh di zaman Indonesia modern antara viking-the jak. cerita ini diambil dari beberapa sisi yaitu : 1. pentolan viking tahun 1990an 2. Ayi beutik, panglima viking 3. Ketua the jak ke-3 entah siapa namanya 4. cerita langsung org2 yg hadir di kejadian jadi insyaalloh ga bakal lebay tapi sebelumnya, meskipun udah coba mencakup beberapa pandangan orang, mohon maaf kalau ceritanya masih pro ke viking *da kumaha2 ge aing mah viking, bakal dukung persib terus, dek damai hayu, perang ge jalan*  tapi ulah ateuh ai sampe ka perang mah,heheheehe.... so here's the story... maaf ya, buat org2 jakarta, meskipun dari zaman perserikatan udah saingan terus, cuman militansi suporter waktu itu persib emzng udah dahsyat. Beda sama pendukung persija apalagi waktu liga Indonesia mulai dengan ngegabungin tim2 perserikatan-galatama. Waktu itu pendukung persija belum ada, yg ada pendukung pelita jaya, termasuk Ferr...

LEBAM

Semakin nyaman berada dalam satu lingkungan, semakin enggan untuk beranjak darinya. Rasa dan jiwa menjadi lebam. Nyali berubah ciut dan kecut. Memang gila meninggalkan kenyamanan. Namun lebih gila menerus diam, tapi mengharapkan terjadi sesuatu perubahan.

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.