Desa Lojikobong adalah salah satu desa pelosok di Jawa Barat. Mata pencaharian masyarakat disini adalah petani, buruh, pedagang, TKW dan guru. Dan tak heran hampir dari 45% masyarakat disini pergi ke luar negeri dan luar kota untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya di kampung karena kebanyakan memang bermata pencaharian petani yang hanya bisa mereka nikmati hasilnya setiap 6 bulan sekali, itupun kalau sedang bagus cuacanya. Untuk menutupi kekurangan itu tak jarang orang tua pergi ke luar kota atau luar negeri menjadi TKW dan harus rela meninggalkan anak-anaknya untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik. Kondisi seperti inilah yang membuat tak jarang anak disini banyak yang putus sekolah. Saya lihat hampir kebanyakan anak-anak yang putus sekolah disini bukan disebabkan karena permasalahan biaya tapi lebih dari kurangnya dorongan dan motivasi si anak dari lingkungan keluarga mereka karena si anak kadang harus jauh dengan orang tua mereka yang pergi ke luar kota dan luar negeri. Rata-rata pendidikan terakhir disini adalah SD, SMP dan SMA. Sekarang perlahan sudah ada yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi tapi mungkin hanya segelintir anak saja. Kepedulian terhadap pendidikan disini masih kurang. Kebanyakan orang tua disini hanya mempercayakan si anak pada sekolah saja tanpa ada lagi bimbingan di rumah.
Dari permasalahan di atas, saya dan ke tujuh teman saya yang kebetulan tujuh diantaranya adalah asli pemuda termasuk saya berasal dari desa ini dan satu orang dari luar desa kami, miris melihat keadaan seperti ini apalagi di era globalisasi seperti ini mereka tidak mempunyai semangat untuk belajar, ya setidaknya untuk meraih cita-cita mereka pun kurang pemahaman. Kami salah satu pemuda yang beruntung karena bisa meneruskan pendidikan kami sampai jenjang perguruan tinggi di desa ini sehingga sudah sewajarnya kami yang menjadi penyemangat untuk anak yang lainnya terutama anak-anak yang putus sekolah. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat LES GRATIS atau pelajaran tambahan untuk anak-anak sekolah dasar disini dengan harapan dari sini si anak bisa kami kasih dorongan semangat untuk belajar mereka. Semua ini kami awali dari akar rumputnya dulu karena kami punya keyakinan pembelajaran yang baik itu berawal sejak dini dengan harapan mereka bisa terdorong oleh kami yang bisa meneruskan sampai ke perguruan tinggi.
Les ini kita mulai dari anak kelas tiga sampai anak kelas enam dari tiga sekolah yang ada di desa kami yaitu SDN LOJIKOBONG 1,2 dan 3 sehingga dalam satu kelas itu bisa terdiri dari 40-60 murid. Karena kita semuanya masih kuliah, kami memilih jadwal hari minggu pagi dari jam 8 sampai jam 11.30 siang dengan waktu setiap mata pelajaran 1 jam dan 30 menit untuk istirahat dan masing-masing pelajaran itu di pegang oleh satu pengajar di setiap kelasnya kebetulan saya pegang kelas 4 untuk pelajaran Bahasa Inggris. Awalnya les ini kami adakan setiap hari jum’at siang dan hari minggu siang, jadi setiap satu hari itu satu pelajaran tapi berhubung kita semua (tenaga pengajar) masih kuliah sehingga jadwal kami tak jarang bentrok dengan les sehingga akhirnya kami memilih setiap hari minggu. Dengan bangku-bangku yang sudah tua dengan 4 ruangan kelas yang masih berpapan tulis hitam terpasang ditiap ruanganya, itupun milik sebuah madrasah yang kami pinjam untuk sekedar berbagi pengetahuan, pengalaman juga cerita dengan mereka. Karena les ini gratis semua pengajar disini semuanya sukarela (relawan) bahkan untuk kami mengajar pun kami harus patungan untuk membeli kapur tulis. Dan diantara ke delapan pengajar termasuk saya, salah satunya dari luar desa kami. Jarak dari salah satu pengajar itu sekitar 15 KM dari tempat kami ngajar sehingga dia harus bolak-balik dengan biaya transport sendiri.
Alhamdulillah, les ini sudah berjalan 1,5 tahun lebih. Kami bener-bener harus berjuang untuk meyakinkan orang tua mereka dan anak-anak disini, bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan. Tak jarang si anak males-malesan untuk belajar les ini tapi kami coba untuk berusaha membuat semuanya survive. Dengan motivasi dan metode belajar kreatif yang kami gunakan disini perlahan anak-anak semakin semangat untuk belajar bahkan sekarang anak kelas dua pun ikut les juga tapi hanya untuk pelajaran Matematika saja.
Seiring berjalannya waktu permasalahn mulai terlihat, mulai dari si anak tidak bisa membaca dan menulis, tidak menghargai orang tua, guru dan teman mereka, sikap ynag jauh dari sopan dan lain sebagainya. Kami semakin miris melihat ini semua, mungkin karena mereka jauh dari orang tuanya sehingga mereka merasa tak ada kasih sayang ataupun perhatian lebih dari orang terdekatnya. Perlahan kami mencoba untuk memecahkan permasalahan ini dengan bekal pengetahuan kami dari kampus dan kebetulan semuanya berasal dari fakultas pendidikan sehingga sedikitnya mengetahui cara menghadapi permasalahan seperti ini. Sedikit demi sedikit masalah-masalah seperti ini kami coba perbaiki dan dengan sedikit dorongan motivasi yang kami berikan untuk mereka. Apakah mereka tiba-tiba menjadi anak baik?Tidak itu hanya ada di film tapi apakah mereka menjadi lebih baik? Ya, mereka berubah menjadi lebih baik. Ternyata penghargaan membuat hati seseorang menjadi lembut. Selama ini mereka jarang di hargaisehingga mereka tak jarang sering melawan guru. Penghargaan itu sangat berharga ternyata sehingga kami mencoba menghargai karyanya sekecil apapun itu.
Selain itu permasalahan lainnya adalah dari buku bacaan. Mereka di sekolah hanya belajar dari tulisan-tulisan mereka yang mereka tulis saat belajar, tak ada buku yang menunjang mereka. Misalnya saja mereka lebih mudah menguasai soal Matematika mutlak dengan angka puluhan ribu ketimbang Matematika dengan soal cerita. Mereka sangat kurang bahan bacaan tak jarang sola-soal logika mereka pusing, misalnya saja pertanyaaan “Untuk apakah dataran rendah?” jawaban mereka (anak kelas 3) waktu itu “Untuk makan pak”,heheeh… Akhirnya saya menggagaslah perpustakaan. Sebenarnya di sekolah pun mereka ada perpustakaan hanya saja mungkin buku-buku di sekolah kebanyakaan tulisan ketimbang gambar sehingga mereka kurang tertarik dengan buku-buku itu. Alhamdulillah semakin hari buku-buku di perpustakaan jumlahnya nambah terus, ya… meskipun buku-buku bekas tapi alhamdulillah masih ada orang-orang yang mau menyumbang,eheheh… dan buku-buku ensiklopedia yang notabennya gambar dengan warna-warni mereka sangat menyukainya tapi ya mungkin belum bnayak buku-buku itu kami punya. Sumbangan buku-buku pun kebanyakan buku pelajaran kurikulum dulu dan sangat jarang buku-buku pelajaran sekolah dasar, kebanyakaan buku-buku SMP dan SMA.
Sekarang anak-anak lebih rajin baca dengan sedikit-sedikit kami bimbing mereka saat membaca buku. Semnagat belajar mereka pun luar biasa bahkan ketika kami telat untuk mengajar pun mereka menyusulnya ke rumah dan tak jarang mereka suka menangis ketika kami tak masuk bahkan anak-anak kelas6 tahun kemarin mempunyai semangat belajar yang luar biasa, saat UN berakhir pun mereka tidak mau di liburkan untuk les, mereka tetap meminta untuk belajar sampai sekarang SMP kami sediakan waktu untuk mengajar mereka hanya saja porsi yang kami berikan hanya pelajaran Bahasa Inggris saja.
Tapi kendala sekarang yang kami hadapi, semakin hari tenaga pengajar berkurang. Sekarang kami hanya ber-empat mengajar disini. Mungkin ynag lain sangat sibuk dengan kegiatan mereka. Terkadang kami kewalahan untuk mengajar anak-anak disini karena tenaga pengajar yang berkurang. Kami berharap banyak orang yang peduli pada pendidikan anak-anak disini. Kalo mereka mau masuk di dalamnya sungguh anak-anak ini sangat membutuhkannya.
Semoga saja anak-anak inilah yang menjadi motivasi untuk anak-anak yang lainnya dan berharap tak ada anak yang putus sekolah di tengah jalan karena semangat belajar mereka tak ada. Ohy sekarang mereka sudah tau tentang cita-cita yang lainnya loh, dulu mereka hanya bercita-cita ingin menjadi guru saja tapi sekaranag mereka sudah memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, bidan, pilot, insinyur, presiden dan pemain sepak bola seperti Gonzales,heheeh… aamiin semoga cita-cita mereka itu terkabul dan Tuhan selalu memeluk erat mimpi-mimpi mereka agar kelak mereka bisa menjadi pemimpin yang amanah dan tanggung jawab dengan harapan bisa menularkan inspirasi untuk orang lain, aamiin…
Dari permasalahan di atas, saya dan ke tujuh teman saya yang kebetulan tujuh diantaranya adalah asli pemuda termasuk saya berasal dari desa ini dan satu orang dari luar desa kami, miris melihat keadaan seperti ini apalagi di era globalisasi seperti ini mereka tidak mempunyai semangat untuk belajar, ya setidaknya untuk meraih cita-cita mereka pun kurang pemahaman. Kami salah satu pemuda yang beruntung karena bisa meneruskan pendidikan kami sampai jenjang perguruan tinggi di desa ini sehingga sudah sewajarnya kami yang menjadi penyemangat untuk anak yang lainnya terutama anak-anak yang putus sekolah. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat LES GRATIS atau pelajaran tambahan untuk anak-anak sekolah dasar disini dengan harapan dari sini si anak bisa kami kasih dorongan semangat untuk belajar mereka. Semua ini kami awali dari akar rumputnya dulu karena kami punya keyakinan pembelajaran yang baik itu berawal sejak dini dengan harapan mereka bisa terdorong oleh kami yang bisa meneruskan sampai ke perguruan tinggi.
Les ini kita mulai dari anak kelas tiga sampai anak kelas enam dari tiga sekolah yang ada di desa kami yaitu SDN LOJIKOBONG 1,2 dan 3 sehingga dalam satu kelas itu bisa terdiri dari 40-60 murid. Karena kita semuanya masih kuliah, kami memilih jadwal hari minggu pagi dari jam 8 sampai jam 11.30 siang dengan waktu setiap mata pelajaran 1 jam dan 30 menit untuk istirahat dan masing-masing pelajaran itu di pegang oleh satu pengajar di setiap kelasnya kebetulan saya pegang kelas 4 untuk pelajaran Bahasa Inggris. Awalnya les ini kami adakan setiap hari jum’at siang dan hari minggu siang, jadi setiap satu hari itu satu pelajaran tapi berhubung kita semua (tenaga pengajar) masih kuliah sehingga jadwal kami tak jarang bentrok dengan les sehingga akhirnya kami memilih setiap hari minggu. Dengan bangku-bangku yang sudah tua dengan 4 ruangan kelas yang masih berpapan tulis hitam terpasang ditiap ruanganya, itupun milik sebuah madrasah yang kami pinjam untuk sekedar berbagi pengetahuan, pengalaman juga cerita dengan mereka. Karena les ini gratis semua pengajar disini semuanya sukarela (relawan) bahkan untuk kami mengajar pun kami harus patungan untuk membeli kapur tulis. Dan diantara ke delapan pengajar termasuk saya, salah satunya dari luar desa kami. Jarak dari salah satu pengajar itu sekitar 15 KM dari tempat kami ngajar sehingga dia harus bolak-balik dengan biaya transport sendiri.
Alhamdulillah, les ini sudah berjalan 1,5 tahun lebih. Kami bener-bener harus berjuang untuk meyakinkan orang tua mereka dan anak-anak disini, bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan. Tak jarang si anak males-malesan untuk belajar les ini tapi kami coba untuk berusaha membuat semuanya survive. Dengan motivasi dan metode belajar kreatif yang kami gunakan disini perlahan anak-anak semakin semangat untuk belajar bahkan sekarang anak kelas dua pun ikut les juga tapi hanya untuk pelajaran Matematika saja.
Seiring berjalannya waktu permasalahn mulai terlihat, mulai dari si anak tidak bisa membaca dan menulis, tidak menghargai orang tua, guru dan teman mereka, sikap ynag jauh dari sopan dan lain sebagainya. Kami semakin miris melihat ini semua, mungkin karena mereka jauh dari orang tuanya sehingga mereka merasa tak ada kasih sayang ataupun perhatian lebih dari orang terdekatnya. Perlahan kami mencoba untuk memecahkan permasalahan ini dengan bekal pengetahuan kami dari kampus dan kebetulan semuanya berasal dari fakultas pendidikan sehingga sedikitnya mengetahui cara menghadapi permasalahan seperti ini. Sedikit demi sedikit masalah-masalah seperti ini kami coba perbaiki dan dengan sedikit dorongan motivasi yang kami berikan untuk mereka. Apakah mereka tiba-tiba menjadi anak baik?Tidak itu hanya ada di film tapi apakah mereka menjadi lebih baik? Ya, mereka berubah menjadi lebih baik. Ternyata penghargaan membuat hati seseorang menjadi lembut. Selama ini mereka jarang di hargaisehingga mereka tak jarang sering melawan guru. Penghargaan itu sangat berharga ternyata sehingga kami mencoba menghargai karyanya sekecil apapun itu.
Selain itu permasalahan lainnya adalah dari buku bacaan. Mereka di sekolah hanya belajar dari tulisan-tulisan mereka yang mereka tulis saat belajar, tak ada buku yang menunjang mereka. Misalnya saja mereka lebih mudah menguasai soal Matematika mutlak dengan angka puluhan ribu ketimbang Matematika dengan soal cerita. Mereka sangat kurang bahan bacaan tak jarang sola-soal logika mereka pusing, misalnya saja pertanyaaan “Untuk apakah dataran rendah?” jawaban mereka (anak kelas 3) waktu itu “Untuk makan pak”,heheeh… Akhirnya saya menggagaslah perpustakaan. Sebenarnya di sekolah pun mereka ada perpustakaan hanya saja mungkin buku-buku di sekolah kebanyakaan tulisan ketimbang gambar sehingga mereka kurang tertarik dengan buku-buku itu. Alhamdulillah semakin hari buku-buku di perpustakaan jumlahnya nambah terus, ya… meskipun buku-buku bekas tapi alhamdulillah masih ada orang-orang yang mau menyumbang,eheheh… dan buku-buku ensiklopedia yang notabennya gambar dengan warna-warni mereka sangat menyukainya tapi ya mungkin belum bnayak buku-buku itu kami punya. Sumbangan buku-buku pun kebanyakan buku pelajaran kurikulum dulu dan sangat jarang buku-buku pelajaran sekolah dasar, kebanyakaan buku-buku SMP dan SMA.
Sekarang anak-anak lebih rajin baca dengan sedikit-sedikit kami bimbing mereka saat membaca buku. Semnagat belajar mereka pun luar biasa bahkan ketika kami telat untuk mengajar pun mereka menyusulnya ke rumah dan tak jarang mereka suka menangis ketika kami tak masuk bahkan anak-anak kelas6 tahun kemarin mempunyai semangat belajar yang luar biasa, saat UN berakhir pun mereka tidak mau di liburkan untuk les, mereka tetap meminta untuk belajar sampai sekarang SMP kami sediakan waktu untuk mengajar mereka hanya saja porsi yang kami berikan hanya pelajaran Bahasa Inggris saja.
Tapi kendala sekarang yang kami hadapi, semakin hari tenaga pengajar berkurang. Sekarang kami hanya ber-empat mengajar disini. Mungkin ynag lain sangat sibuk dengan kegiatan mereka. Terkadang kami kewalahan untuk mengajar anak-anak disini karena tenaga pengajar yang berkurang. Kami berharap banyak orang yang peduli pada pendidikan anak-anak disini. Kalo mereka mau masuk di dalamnya sungguh anak-anak ini sangat membutuhkannya.
Semoga saja anak-anak inilah yang menjadi motivasi untuk anak-anak yang lainnya dan berharap tak ada anak yang putus sekolah di tengah jalan karena semangat belajar mereka tak ada. Ohy sekarang mereka sudah tau tentang cita-cita yang lainnya loh, dulu mereka hanya bercita-cita ingin menjadi guru saja tapi sekaranag mereka sudah memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, bidan, pilot, insinyur, presiden dan pemain sepak bola seperti Gonzales,heheeh… aamiin semoga cita-cita mereka itu terkabul dan Tuhan selalu memeluk erat mimpi-mimpi mereka agar kelak mereka bisa menjadi pemimpin yang amanah dan tanggung jawab dengan harapan bisa menularkan inspirasi untuk orang lain, aamiin…
Komentar
Posting Komentar