Langsung ke konten utama

Ujian Kebesaran Persib

Kemarin malam, saya mendadak ngahuleng ketika di timeline saya muncul tweet dari Simamaung berbunyi “RT @persisam1989: RESMI: Selamat Datang di Theater of Hell, Eka Ramdani”. Rasanya seperti disambar petir di kala tiada hujan tiada angin, tanpa ada rumor sebelumnya, tahu-tahu tersiar kabar sang kapten Persib akan berganti klub. Beberapa menit kemudian, muncul tweet yang mengkonfirmasi kebenaran berita itu yang berbunyi “Eka Resmi Pindah Ke Persisam”.

Dalam keadaan masih setengah percaya, saya baca tautan artikel berita di tweet itu. Sedih dan lieur langsung terasa kala melihat kebenaran bahwa Eka Ramdani, pemain idola saya di Persib yang saya harapkan akan selalu setia dan menjadi legenda Persib, benar-benar menyebrang ke klub lain. Seiring dengan rasa sedih yang melanda karena kepergian Eka yang mendadak dan tanpa pamit, saya semakin bingung dengan transfer pemain yang sudah dilakukan Persib sejauh ini.

Hingga sejauh ini, Persib sudah melepas 15 pemain dan mendatangkan 14 pemain baru. Artinya, lebih dari setengah skuad Persib dirombak total. Hal ini tentu seolah membangun tim dari nol kembali jika dibandingkan dengan tim-tim lain yang tidak terlalu radikal dalam merombak tim. Dasar kriteria pelepasan dan perekrutan pemain pun menurut saya tidak jelas.

Kiper tim nasional Markus (dengan segala kelemahannya, menurut saya dia masih kiper terbaik Indonesia bersama Ferry Rotinsulu dan Kurnia Meiga saat ini) tidak diperpanjang kontraknya. Pemain-pemain muda potensial sekelas Munadi, Diaz Angga Putra, dan Jejen dibiarkan pergi. Siswanto, Rachmad Affandi, dan Christian Gonzales, meski musim lalu tidak terlalu bersinar, menurut saya masih memiliki kemampuan mumpuni minimal untuk menjadi pemain rotasi, dan seharusnya bisa dipertahankan.

Memang, di antara rekrutan pemain baru ada juga nama-nama yang menjanjikan seperti M. Nasuha dan M. Ilham, dan pemain muda berbakat Jajang Sukmara, tapi nama-nama lain yang masuk rasanya tidak sebanding dengan yang keluar. Jendri Pitoy dan Aliyudin memang pemain bagus, tapi saya rasa masa keemasaannya sudah lewat. Takutnya, mereka berdua akan flop seperti Isnan Ali musim lalu. Tony Sucipto memang pemain tim nasional, tapi sejauh ini saya merasa permainannya setiap tampil di tim nasional tidak ada istimewanya. Zdravko Dragicovic pemain asing yang belum tentu terbiasa dengan sepakbola Indonesia. Sisa transfer masuk lainnya yang sudah resmi adalah pemain-pemain muda yang belum teruji kapasitasnya untuk berburu gelar juara kompetisi kasta tertinggi di Indonesia.

Kini, semua diperparah dengan kepergian sang ikon Persib musim lalu, Eka Ramdani. Di sinilah karakter Persib sebagai klub besar benar-benar diuji. Ada banyak klub yang penampilannya langsung turun drastis begitu pemain ikonnya pergi. Fiorentina tak lagi berbahaya tanpa Batistuta, Real Madrid butuh waktu untuk menambal lubang peninggalan Hierro, dan yang paling gres kita dapat melihat sekarang Arsenal bagai kehabisan gas tanpa Fabregas. Namun, ada pula klub-klub besar yang menunjukkan bahwa mereka tidak pernah bergantung pada satu pemain. Juventus tetap juara liga setelah ditinggal Zidane, Manchester United tampil stabil meski tanpa Cristiano Ronaldo, dan Inter Milan bahkan merebut juara Liga Champions pertama setelah sekian puluh tahun justru setelah Ibrahimovic pergi.

Inilah tantangan untuk Persib, yaitu membuktikan bahwa siapa pun pemainnya, karakter Persib adalah karakter tim juara yang selalu disegani dan ditakuti lawan. Saatnya menunjukkan bahwa karakter Persib tidak kalah dengan Manchester United dan Inter Milan, kehilangan banyak pemain penting bukan masalah besar karena setiap pemain yang bergabung dengan Persib, baik pemain muda jebolan tim junior, pemain tim nasional, maupun pemain yang seolah sudah habis, akan menjadi individu berkarakter juara dan dapat menggantikan pemain mana pun yang pergi. Kita punya alasan untuk tetap optimis, karena tampaknya pelatih baru Drago Mamic – dengan track record yang sangat baik di klub-klub sebelumnya – mengerti betul dengan masalah membangun mentalistas tim juara ini.

Namun tentu saja, untuk membangun tim juara, Mamic tidak dapat bekerja sendirian. Dibutuhkan sinergi dengan manajemen yang profesional, pemain yang giat berlatih dan bermain dengan ikhlas, serta bobotoh yang kritis tapi tetap santun dan selalu mendukung dalam keadaan jaya maupun terpuruk. Sehingga, tugas kita sebagai bobotoh saat ini adalah terus mendukung pemain-pemain Persib agar selalu tampil baik dan mengawasi kinerja manajemen agar selalu mendukung performa pemain.

Kita tentu masih ingat, di tahun 2006, krisis calciopoli yang mendera Italia ternyata malah menjadikan mereka bersatu dan membangkitkan mental juara mereka hingga akhirnya Italia dapat merebut Piala Dunia kembali setelah 24 tahun. Itu juga lah yang kita harapkan terjadi di Persib musim depan, semua pihak bahu-membahu membangkitkan kebesaran Persib, dan gelar juara sepakbola Indonesia kembali ke tatar Priangan, aamiin.

Terakhir, bagaimana sebaiknya sikap bobotoh terhadap Eka Ramdani? Yah, menurut hemat saya mah tidak perlu lah terus memaki-maki, cukup katakan “hatur nuhun” untuk kontribusinya dulu, dan lalu lupakan buang Eka jauh-jauh dari pikiran, miceun tanaga wungkul komentar negatif wae mah da jelmana ge geus euweuh.

*Para pemain yang telah resmi bergabung adalah: Jendri Pitoy, Cecep Supriatna, Dadang Sudrajat, Rizky Bagja, Abanda Herman, Maman Abdurahman, Wildansyah, Rian Permana, Anggi Indra, Aldi Rinaldi, Muhammad Nasuha, Miljan Radovic, Hariono, Tony Sucipto, M Ilham, M Agung Pribadi, Atep, Budiawan, Dudi Sunardi, Airlangga, Sigit Hermawan, Dzravko Dragicevic dan Aliyudin. Sementara itu, Persib masih menunggu kedatangan Zulkifli Syukur yang dikabarkan masih dalam perjalanan saat penandatanganan kontrak hari ini di Jl. Sulanjana Bandung. Dan Persib masih menunggu beberapa pemain lagi untuk bergabung. Persib masih mencari pemain untuk posisi belakang dan depan, dan menyisakan 1 slot pemain asal Asia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Pesan Untuk Nonoman Sunda

Nonoman Sunda! Pasundan teh lemah cai aranjeun! Aranjeun nu boga kawajiban ngabdi ka lemah cai, tapi gigireun ieu kawajiban anjeun ngabogaan hak pikeun hirup di tanah sorangan. Nonoman Sunda! Upama anjeun teu wekel ngasah awak, teu pemohalan, Nonoman Sunda di lemah caina teu kabagean alas, kapaksa kudu nyamos lantaran kalindih ku golongan sejen. Ku saba eta para Nonoman sunda, geuwat berunta, geuwat kukumpul tanaga jeung pakarang, nu diwangun ku kaweruh pangpangna adat tabeat nanu kuat, nyaeta: kawekelan, kadaek, kakeyeng, karep jeung kawanen. Geura rasakeun, pisakumahaeun teuing pinalang saeunana upama Nonoman Sunda ngan kabagean harkat kuli jeung jongos, paling negtog jadi jurutulis, cindekna ngan kabagean pangkat laladen, tur di bali ngeusan ngajadi sorangan. Aduh tobat, dugikeun ka kedah kitu mah, sing jauh ti tanah sunda, ka ditu ka sabrang. (Oto Iskandar Di Nata) Resapilah tulisan Oto Iskandar Di Nata dari tahun 1938. Beliau sangat sayang kalian, jau...

Cerita Kelas Empat

Cerita-cerita dari teman sesama pengajar benar-benar membuka mata saya akan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan selama mengajar. Banyak kekurangan di sana sini. Masih belum maksimal di beberapa aspek. Bahkan minim di satu, dua poin pengembangan. Kekurangan tak membuat saya kecewa. Justru saya kembali dengan banyak bahan evaluasi dan perbaikan ke depan. Dalam beberapa sesi diskusi, agaknya saya mesti bersyukur diberi kepercayaan mengajarkan kelas rendah. Buat saya, kelas empat adalah sebuah transisi. Proses perubahan pemikiran anak-anak dari yang sebelumnya belajar materi-materi sederhana ke materi-materi yang jauh lebih serius dan rumit. Jam belajarnya pun bertambah. Banyak teman mengeluhkan anak murid mereka yang belum lancar membaca dan mengingat hurf-huruf bahasa Inggris. Jelas, di kelas saya pun masih ada yang belum bisa membaca dan menghapal huruf-huruf dalam Bahasa Inggris. Tapi saya tak mengejar terlampau jauh ke belakang. Bayangkan di kelas 4 dengan materi s...