Langsung ke konten utama

Masa Dimana Kalian Ada

Masih terbayang begitu bangganya saya ketika tadi pagi mem-presentasikan tentang materi pendidikan dan pengenalan Indonesia Mengajar di depan dosen dan teman-teman saya. Dengan begitu tersenyum lebarnya saya ketika dosen memuji tentang materi saya ini. Ada hal lain yang bisa membuat saya bangga selain itu yaitu saya bangga bisa mengenalkan murid-murid saya ke dosen dengan segala semangat belajar luar biasa yang dimiliki oleh mereka.

Presentasi ini ternyata membawa saya kepada kenangan-kenangan bersama murid-murid saya kelas 6 yang sekarang telah meneruskan perjuangan mereka ke jenjang SMP. Saya merindukan semangat-semangat belajar mereka yang luar biasa. Semangat yang membawa mereka bisa meraih segalnya dan kelak mengenangnya ketika bisa berbagi dengan adik-adiknya.


Saya masih ingat ketika mereka selalu menjemput saya ke rumah ketika telat untuk mengajar, masih ingat ketika mereka menangis ketika gurunya tidak mengajar, masih ingat ketika mereka tidak mau diliburkan belajar setelah UN dan masih ingat ketika mereka menangis bersama di kelas ketika membacakan surat yang saya tuliskan untuk mereka sehari sebelum mereka UAS. Mereka begitu ingin terbang dengan mimpi-mimpi mereka yang penuh harapan.

Andai mereka tau tentang tulisan ini tentang betapa rindunya saya kepada mereka. Semoga semangat dan mimpi-mimpi yang mereka miliki selalu terjaga dan bisa menular kepada adik-adik kelasnya hingga kelak mereka bisa menularkan semangat optimis mereka ini kepada semua orang untuk terus bermimpi meski dengan segala kekurangan yang mereka miliki….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...