Langsung ke konten utama

Di Mata-Nya Kita Sama

Di suatu pagi. Lara, seorang gadis cantik sadang berjalan-jalan di taman, tiba-tiba ia melihat seekor kupu-kupu cantik.

"Wahai kupu-kupu yang indah, maukah kau menjadi temanku?" tnaya Lara

"Aku hanyalah kupu-kupu biasa" jawab kupu-kupu itu

"Kenapa kamu berbeda ? kau indah dan cantik, cocok  menjadi temanku yang juga cantik" kata Lara

"Dulu kau menghina ku saat aku menjadi ulat kecil bahkan kau melempar ku kini kau meminta ku untuk menjadi temanmu?" kata kupu-kupu itu

"Apakah kau ulat kecil jelek itu?"

"Iya aku. Dulu jelak tapi di mata Alloh kita sama" kata kupu-kupu itu

"Maafkan aku kupu-kupu" kata Lara

"Jangan meminta padaku, memohonlah pada Alloh" kata kupu-kupu

" Ya alloh, maafkan aku yang telah merendahkan ciptaanMu" kata Lara

"Apakah aku dimaafkan?" tanyanya

"Tentu. Karena Alloh Maha Pemurah" kata kupu-kupu

"Apakah kau mau berteman dengan ku kupu-kupu?" tanyanya

"Ya, tentu saja" jawab kupu-kupu itu.




Karya Tania Alfie Melani
Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Cirebon


*Tulisannya ini membuat saya (langsung) kagum kepadanya. Mantappp :)
 Semoga saya bisa selalu mendampinginya dalam menatap bentang laut yang luas dalam citanya  sebelum masa tugas ku berakhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...