Langsung ke konten utama

Motivasi Dari Sahabat

Perjalanan ini bagaikan pertandingan yang tiada kita ketahui kapan garis finisnya. Yang kita ketahui hanyalah kehidupan ini akan terhenti disaat kita bertemu di garis akhir kita masing-masing. Ada pelari yang garis finisnya begitu pendek, dan ada juga yang garis finisnya begitu jauh. Semuanya diberikan sesuai dengan kapasitas kita. Banyak yang menanti, banyak orang disekeliling kita yang selalu memberikan kita dukungan untuk terus berlari dan jangan pernah menyesali apa yang telah kita lalui dibelakang. Hidup ini adalah pilihan. Hidup ini adalah perjuangan. Hidup ini adalah anugrah terindah yang diberikan Sang Khalik kepada umat manusia yang begitu fana.

Begitu indahnya anugrah itu, sampai terkadang manusia begitu tersilaukan dan mencoba mengalihkan pandangannya kepada setiap hal yang bisa dicapainya. Ya. Hidup adalah anugerah yang tiada tara dan tak dapat dibeli oleh siapapun.
Sampai bertemu di garis finis, kawan. Perjuangan kita belum selesai sampai disini. Walau kita akan berjalan terseok-seok, tetap arahkan pandanganmu pada tujuan akhir yang akan menanti. Dalam perlombaan ini, kita akan menghadapi hujan dan badai yang dahsyat. Tapi, ingat. Banyak pendukung kita yang terus memberikan semangat kepada kita tanpa henti, bahkan disaat hanya terlihat segelintir orang atau bahkan disaat tidak ada orang sekalipun yang terlihat didepan mata kita.




Terima kasih Jeni buat motivasinya, semoga saya bisa mensyukuri ini semua dan bisa berusaha untuk memperbaikinya... aamiin :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...