Langsung ke konten utama

Musik Adalah Kehidupan

Kalau kita lagi sebel, bosan, galau, patah hati, atau lagi riang dan bersemangat sekalipun, rasanya enak banget kalau hidup ini diiringi dengan alunan musik. kebayang ga sih, kalau kita harus hidupo tanpa musik?

Musik memang terasa sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Musik ga kenal usia, mulai dari anak-anak sampai nenek-kakek kita pun biasanya suka mendengarkan musik.

Musik ada sebagian orang yang ga sampai kecanduan musik, tetapi rasanya ga ada seorang pun yang ga suka mendengarkan musik. Bahkan, musik itu bisa mewakili atau menjadi jendela bagi perasaan seseorang loh.

contohnya, saat kita lagi didera rasa marah yang meledak-ledak, musik apa yang kiranya bisa menjadi "pelampiasan" perasaan itu. Seseorang bisa memilih musik rock yang meledak-ledak untuk menggambarkan perasaannya.



Contoh lainnya, saat lagi sedih. Dia bisa memilih lagu slow rock atau bahkan musik dengan lirik mendayu-dayu untuk mengiringi air matanya. Musik bisa menjadi pengantar rasa sedihnya, hingga dia bisa kembali normal.

Pernah nonton film High School Musical? Disitu jelas banget, bagaimana lewat musik, seseorang bisa mengutarakan apa yang dia rasakan, pikirkan, dan inginkan.



melihat beberapa contoh itu, boleh dikatakan kalau setiap orang itu sebenranya membutuhkan musik. bayangkan kalau ditengah kemacetan misalnya, kita tidak ditemani musik, pasti bete abis.

Itulah beberapa alasan mengapa musik seakan tidak ada matinya dari zaman nenek-kakek kita dulu, sampai sekarang. Musik selain menghibur, menggambarkan perasaan kita, juga bisa menjadi obat buat seseorang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...