Langsung ke konten utama

100

Ini adalah note saya yg ke-100 di group Lojikobong Bersinar.

Spesial kah angka itu? Tidak. Saya hanya menggenapinya saja,hehe...
Sesuatu yang spesial itu adalah 1,5 tahun yg lalu, 14 Februari 2010. Tanggal bersejarah bagi saya, karena saat itu saya bersama 7 teman lainnya membuat kegiatan les gratis untuk anak-anak di kampung, sebuah inisiasi bersama yg sangat prestisius dengan tujuan yg mulia. Terkesan utopis memang tapi kenyataannya saya dan teman-teman saya kini sedang dalam misi mewujudkan utopia itu.

Siapa sih saya? Cuma manusia biasa yg selalu berusaha mempunyai kisah luar biasa agar bisa menginspirasi banyak orang. Well, awalan yg bagus, connected, Les ini mengusung 'inspirasi' sebagai jargonnya.

Yah, kadang orang hanya melihat 'kita' sebagai pribadi, bukan 'kisah kita' yg sebenarnya menjadikan 'kita' dan memberi value pd 'kita'. What a rhyme..

Kembali ke 1,5 tahun yg lalu. Saya masih ingat, saya sempat mengalami keminderan yg luar biasa saat bertemu dg rekan-rekan luar biasa yg kini menjadi pengajar. They're amazing, wonderful, excellent, spectacular,superb,superior,awesome, noble, what else??
Apalagi dipertemukan dgn anak-anak yang semangat belajarnya telah menginspirasi saya dan teman-teman saya.


Ah... lama bersama mereka, saya pun belajar banyak hal. Banyak sekali. saya yg bukan apa-apa ini mendadak menjadi demikian yakin pada harapan saya yg dulu terkesan muluk-muluk, pendidikan yg membebaskan bukan menjerat. Allah menjawab doa saya melalui inisiasi dan kebersamaan ini. Sebab saya tahu, saya pasti tidak bs sendirian jika ingin mewujudkan harapan ini. Bergerak bersama dalam satu misi dan visi akan lebih mudah. Tentang ketercapaian, itu masih misteri. Tapi usaha adalah langkah nyata yg jelas bisa dilakukan.

Lalu kini, jadilah saya seorang Pengajar dg penuh sukacita! Yah! Saya suka berada di sini! Saya tidak peduli lagi meski segala keperluan saya tidak slalu ada, saya tak peduli dgn cacian orang-orang dgn kegiatan ini. Semua itu teralihkan dg senyum murid-mutid saya, dgn udara yg sangat sejuk, dgn warna langit yg sangat indah, dan tentu saja pesbuk yg selalu menjadi media saya untuk berbagi cerita dgn orang-orang di berbagai tempat, agar mereka tahu disini ada sebuah kampung yg menakjubkan walau dijerat berbagai keterbatasan dan permasalahan.
A life which is alive..
It's a life.

Saya bersyukur masih diberi kesempatan bertemu dgn orang2 hebat,

Yah.. 1,5 tahun yg lalu... Saya bersama teman-teman saya mengawali langkah kecil saya untuk mimpi dan harapan, untuk desa ini. Hopefully, it's a small step for a giant leap.



Bismillah...


-Angyar Sulaeman-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...