Langsung ke konten utama

Orang Negeri ini semakin tak tahu diri

Aku benci dengan orang orang di negeri ini
semakin menambah kemuakan dalam dadaku
dimana tak mengenal waktu
tak menghargai sedetikpun
tak memahami sama sekali

benci dengan jalan jalan yang seperti itu
perlukah kau mendirikan negaramu sendiri
dimana kau sebebasnya dapat berjalan
SESUKAMU
ibarat siput, lebih cepat siput merangkak
apakah kau tahu bahwa aku terlalu sibuk
tak akan mengerti jalanmu yang lambat
aku fikir, penglihatanmu pun tak pernah rata dan lurus
sekali tengok, 1000 wajah kau lihat
dan kau akan melihat ibarat kau berada di surga
yang hanya dirimu yang tinggal disana

Dengar, aku terlalu sibuk
jika harus menunggu
jalanmu yang tak tahu malu

gengsimu terlalu besar
untuk melihat kehidupan di luar sana
mungkin dalam 24 jam
setengahnya kau habiskan bersantai
muak aku melihatmu
tak mengertikah dirimu
aku berada di belakangmu
menunggu dengan setia
sampai kau menyisakan 3 cm
jalan untukku
tapi kau tak pernah mengerti
sampai kukatakan PERMISI

dan saat itu ingin kukatakan
ingin kubunuh waktu
saat itu,
hingga kau tahu betapa
berharganya 1 detik dalam hidupmu

Inspirasi dari sekitar
dimana kesabaran diuji
dengan menunggu orang berjalan (bergerak)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...