Langsung ke konten utama

Berhakkah Kita Menghakimi?

Saya ingin sedikit berbagi dengan teman-teman, yang semoga juga bisa menjawab asumsi teman-teman terhadap saya, atau siapapun yang selama ini sering jadi korban dari praduga kita.

Kita sering kali melihat banyak orang yang mencoba melakukan perubahan. Perubahan apapun itu, apakah itu untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, atau bahkan masyarakat luas. Caranya pun beragam, ada yang hendak menghijaukan kota dengan menanam pohon, ada yang membuat panti asuhan untuk menampung anak-anak yang sudah kehilangan orang tuanya, membagi-bagikan makanan kepada anak jalanan, dan masih banyak lagi. Tapi bukan itu yang hendak jadi fokus bahasan saya kali ini.

Mereka yang melakukan hal tersebut, sering kali mendapatkan pujian, dipandang sebagai 'manusia baik berhati mulia', tapi juga tak sedikit yang memberi cap jelek. Misalnya, selebritis yang aktif menyantuni anak yatim ketika bulan Ramadhan, dianggap melakukan hal tersebut untuk meningkatkan citranya. Atau seorang politikus yang menyumbang untuk mesjid atau gereja dianggap melakukannya supaya orang memilihnya dalam pemilu.

Contoh lain, beberapa hari yang lalu, saya sempat di kirimi video tentang  roadshow Indonesia Mengajar, program pengiriman lulusan muda Indonesia untuk mengabdi mengajar anak-anak di pelosok Indonesia selama 1 tahun. Di video itu terlihatSeorang peserta mengajukan pertanyaan kepada Anies Baswedan (pendiri dari Indonesia Mengajar): "mengapa anda melakukan ini? Apakah anda menggunakan ini untuk kepentingan politik? Saya melihat ada kepentingan tertentu di balik ini".

Saya juga sempat membaca blog salah satu sahabat saya yang mengungkapkan betapa banyak orang di sekelilingnya yang melakukan aktivitas sosial untuk popularitas, dan sejenisnya.

Saya sendiri juga sering menerima komentar miring, baik secara langsung, atau kadang dari pihak ketiga. Ada yang menganggap saya melakukan aktivisme sosial untuk kepentingan pribadi, untuk mendapatkan penghargaan, atau untuk terlihat hebat, dan sejenisnya.

Pertanyaan saya, sebenarnya siapa kita sih? Sehingga berhak memberikan penghakiman tertentu terhadap sesuatu, yang mana yang tahu jawabannya hanyalah orang yang bersangkutan dan Tuhan. Kita juga bukan orang tuanya mungkin, yang hidup bertahun-tahun bersama, dan mengenal dengan persis karakter mereka. Bahkan sepasang suami istripun kadang masih tidak dapat memahami apa yang ada dalam hati pasangannya.

Kalaupun (seandainya) mereka punya niat tertentu di dalam hatinya, menurut saya itu urusan mereka dengan Tuhan. Kita di dunia, hanya dapat melihat, apa yang dilakukannya bermanfaat bagi orang lain. Kalaupun seorang Anies Baswedan menggagas Indonesia Mengajar, karena kepentingan tertentu, saya tidak terlalu peduli. Yang saya tahu, ada ribuan anak di pelosok negeri ini yang terbantu oleh para pengajar muda yang dikirim ke berbagai daerah. Yang saya tahu apa yang dilakukannya membuka ruang bagi para mahasiswa untuk memiliki pemahaman hingga ke grass root, dan siap jadi pemimpin berkualitas.

Terlepas dari apakah sang selebritis mau mendapatkan pamor atau tulus membantu, mungkin yang dilakukannya telah menyelamatkan anak jalanan yang hampir mati kelaparan atau kedinginan.

Bagi saya, apapun niat mereka, selama yang dilakukannya baik untuk orang lain, itu masih jauh lebih baik dari mereka yang hanya gemar memberi label dan berpraduga, gemar berkritik tanpa berbuat sesuatu untuk kritikannya bahkan tidak adanya solusi dari kritikannya tapi masih berdiam diri di rumah, dan tak melakukan apa-apa. Kalaupun pada akhirnya ada hal-hal yang bersifat materiil yang diterimanya, saya menganggap itu adalah balasan dari Tuhan atas apa yang diperbuatnya.

Saya sendiri berada pada titik tidak mau ambil pusing dengan apa kata orang tentang saya. Saya merasa berada pada jalan yang benar, dan masalah niat, itu urusan saya dengan Tuhan. Betapapun saya mencoba meyakinkan teman-teman juga tidak akan ada gunanya, karena itu persoalan niat, bagian dari hubungan saya dengan Tuhan.

Siapa kita sih?

Saya teringat dengan pesan dari Dino Patti Djalal sewaktu kunjungan saya mengikuti seminar di Cirebon beberapa waktu silam, "Changemakers are never easy, people often give you labels, names. But the people who make difference are the peope who have courage. They give us labels because they do not have concept, and that is the way that they can do"

Jadi bagi teman-teman yang mau jadi bagian dari perubahan, ingin melakukan sesuatu yang baik, jangan gentar. Jadikan kritik sebagai .Be open minded, follow your hearts, build your future. The one who will win are those who love to explore and beyond borders.

Angyar Sulaeman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Sebuah Satir dan Harapan untuk Masa Depan

Kasihku,aku masih disini Di negeri berjuta impian Negeri selembut awan Negeri yang manis Luhur, tulus, dan penuh suka cita Negeri dimana aku leluasa merindukanmu Setiap nafas, setiap detik, setiap waktu Kasihku, negeri ini begitu indah, makmur dan subur Seperti ladang permata Penduduknya ramah Sopan dan suka tolong menolong Mereka begitu terbuka Semua membuatku senang dan bahagia Kasihku, negeri ini aman sentosa Siapapun pasti akan merasa nyaman tinggal disini Seperti duduk di sofa Kasihku, di negeriku rumah-rumah tersusun rapih Anak-anak berangkat ke sekolah Orang tua pergi bekerja mencari nafkah yang halal Semua hidup sehat, semua hidup rukun dan harmonis Kasihku aku baru saja terbangun Rupanya aku bermimpi Aku takut, ternyata Disini masih gelap Kasihku, mungkin selama ini aku terlalu jauh darimu Melupakan pesan-pesan dalam suratmu terdahulu Kasihku, ku tahu Jalan ini panjang dan melelahkan Tapi... Pasti ini jalan kemenangan Diujung jalan ini Ku ...