Di dunia ini, Cuma ada laki-laki dan perempuan (kecuali yang kelainan). Jumalh laki-laki pun hampir sama dengan perempuan. Tapi nyata-nyata, perempuan lebih sering dibicarakan. Dan yang membicarakan perempuan pun laki-laki yang jelas bukan perempuan.
Ditambah oret-oretan ini, semakin panjang pula daftar laki-laki yang omong perempuan. Kadang-kadang (atau sering) pembicaraan soal perempuan seakan memosisikan mereka pada entitas yang berbeda, seakan mereka sesuatu yang lain dan asing.
Laki-laki dan perempuan pastinya berbeda. Yang paling jelas tentu dari penampakan fisik. Tugas khusus laki-laki dan perempuan juga beda. Mereka pun ditugaskan untuk mengisi keping puzzle yang berbeda. Cuma, adakah persamaan yang kemudian mengatasi semua perbedaan itu? Ternyata ada. Persamaan akan semakin tampak kalau kita menengok pada entitas yang merangkum semua laki-laki dan perempuan di dalamnya, yaitu manusia.
Setiap manusia diberikan secara Cuma-Cuma bertumpuk potensi kemanusiaan oleh-Nya. Ada yang pintar nyanyi, ada yang pujangga, ada yang suka sambal terasi, ada yang favoritnya makan raginang, pokoknya macam-macam.
Kalau kita teropong lagi, kesukaan Sarniem pada sambal terasi adalah sesuatu yang bebas gender. Kemampuan Iti menyanyi pun bebas gender. Tak ada cerita, suka terasi itu maskulin, terus pintar nyanyi itu feminim.
Ternyata, potensi kemanusiaan itu diberikan kepada semua manusia tanpa pilih-pilih. Jadi akhirnya, dia pun bebas gender. Artinya, laki-laki maupun perempuan bisa menyimpan kualitas yang sama.
Karena sama-sama manusia, setiap laki-laki dan perempuan tentu punya hak untuk mengembangkan seluruh potensinya ini. Sebab, mengembangkan potensi sudah tentu adalah bentuk rasa syukur atas nikmat-Nya, sedang melalaikannya bisa terjerumus pada lubang kufur.
Akhirnya, ini bukan lagi masalahn siapa yang mesti bekerja, bukan sekedar perihal siapa yang harus cari duit, bukan pula sebuah simpulan, asal kebutuhan keluarga sudah tercukupi, maka perempuan mesti menetap diam di rumah. Ini semata karena setiap manusia diberikan begitu banyak kemampuan, dan untuk itu mereka berhak mengembangkan semua kemampuan yang dimiliknya itu. Mengembangkan semua kemampuan tanpa mesti keluar dari slot puzzle-nya.
Kerana manusia mengatasi semua laki-laki dan perempuan, jadi akan lebih bijak tidak langsung bilang tidak sekadar karena dia laki-laki atau perempuan.
Komentar
Posting Komentar