Langsung ke konten utama

THE LOJIKOBONG DREAM

Lihat kedalam hati kamu. Lojikobong dipenuhi orang-orang dengan otak otak yang brilliant dan bertalenta tinggi. Tetapi semakin kesini virus apatisme serta virus males merambah kita semua. Contohnya saja masyarakat kita tidak bosan sama sekali dengan kemunduran prestasi desa kita dan buruknya sarana dan prasarana  di desa kita ini. Padahal ini semua telah membius kita sementara dengan ucapan-ucapan. Kita hanya bisa menerima nasib saja. Pasrah kepada Allah memang wajib tetapi jangan pernah pasrah dengan keadaan.

Lihat kedalam diri kalian. Disitu kalian temukan jawabannya.
kalian itu Lojikobong. Hormatilah diri kalian. Hormatilah Lojikobong
Selalu jujur kepada diri kalian sendiri sama juga dengan selalu jujur untuk Lojikobong.
Selalu adil kepada diri kalian dan sekeliling kalian berarti kalian juga adil kepada Lojikobong.
Mimpi kalian itu ialah mimpinya Lojikobong. Jadi inilah saatnya kalian wujudkan impian kalian.
Kerja keras untuk menjadi yang terbaik sama saja kalian kerja keras untuk menjadikan Lojikobong tempat yang labih baik.
Jangan pernah takut apapun.  Jangan takut membantu mereka yang kurang beruntung. Jangan takut untuk bilang IYA untuk Lojikobong yang BAHAGIA.
Jangan takut bilang TIDAK kepada mereka yang salah dengan cara menekan dan tidak menghormati kalian.
Bila untuk kebaikan pasti Allah akan merestui dan memberikan rahmatnya....

Sekali lagi saya tulis. MIMPI KALIAN  IALAH MIMPINYA DESA INI. WUJUDKAN IMPIAN KALIAN! JANGAN PERNAH TERPINTAS KATA MENYERAH.

Jayalah Lojikobongku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Budi Kecil

…Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal… Lirik lagu milik Iwan Fals ini sering sekali terimajinasi oleh saya, dari suara vokal dan gitar yang dibawakan oleh Iwan Fals, atau pun dari suara teman-teman saya ketika bernyanyi bersama, dengan seadanya. Mulanya saya kira lagu ini berjudul ‘Anak Sekecil Itu’, maklum saja saya tak pernah mendengarnya melalui versi lengkap yang dinyanyikan Iwan Fals. Ternyata lagu ini berjudul ‘Sore Tugu Pancoran’. Tiap kali mendengar lagu ini, ada satu perasaan yang hadir menyelimuti hati saya, yaitu tragis. Kenapa? Karena lagu ini berkisah tentang anak kecil bernama Budi yang harus bekerja sebagai penjual koran sore di kawasan Pancoran, kalau tidak salah ini di kawasan Jakarta Selatan. Ia melakukannya demi tetap dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan untuk menggapai cita-cita. Ironis sekali Iwan Fals me...

Stop Mengeluh, Lakukan Perubahan!

Stop mengeluh dan mulai lakukan perubahan - sekecil apapun itu - untuk Indonesia yang lebih baik Banyak dari kita yang sering mengeluh mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi hidup kita sehari-hari. MACET. BANJIR. KEMISKINAN. KEJAHATAN. KORUPSI dan masih banyak lagi. Twitter dan Facebook jadi sasaran tempat kita mengeluh dan bahkan memaki. Tapi, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri perubahan apa yang telah kita lakukan, sekecil apapun, untuk menjadikan negeri ini lebih baik? Perubahan besar dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Perubahan besar itu dapat terjadi jika ada perubahan-perubahan kecil - DIMULAI DARI DIRIMU.

Ke-Indonesia-an

Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), pernah mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang terjadi adalah konflik. Ditambah ketidakmampuan (ataukah ketidakmauan?) pemimpin menegakkan hukum, maka yang muncul adalah kerusuhan di Ambon, Poso, dan Tuban, pascareformasi. Eforia reformasi dengan ingar bingar demokratisasi, desentralisasi, dan de-korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)-isasi ternyata di sisi lain mengabaikan identitas politik, ideologi, dan budaya Indonesia. Yang muncul adalah konflik komunal dan bangkitnya ”massa” sebagai kekuatan represif— menggantikan keotoriteran Orde Baru—yang melahirkan kerusuhan dan kekerasan dengan jubah agama. Tidak jujur Semua barangkali berpangkal dari ketidakjujuran mengurus bangsa. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia memang baru mencuat pada awal 1920-an, berkat jasa politik kultural yang teramat besar dari Perhimpunan Indone...